Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Membaca Narasi dalam Visi Indonesia

18 Juli 2019   09:23 Diperbarui: 18 Juli 2019   09:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Upaya Jokowi untuk konsisten dengan komitmen pembangunan akan dilihat dari rangkaian pencapaian yang telah terjadi pada periode pertama dan keberlanjutan di periode keduanya. Kita berharap agar pondasi yang dihasilkan nantinya dapat menjadi faktor fundamental bagi kemampuan berdaya saing pada kancah kompetisi internasional.

Dibidang sosial, kehendak untuk mengentaskan problematika sendi-sendi sosial, khususnya pendidikan dan kesehatan sebagai bagian dari strategi investasi sumberdaya manusia, juga perlu ditunggu realisasi bentuknya. Sesungguhnya program di periode pertama Jokowi dengan KIP dan KIS harus dilihat signifikasi efek yang telah dihasilkan, karena program ini berkaitan dengan concern kepentingan publik. Pemantapan agenda tersebut perlu ditunggu lebih lanjut.

Pada bagian akhir, terkait dengan budaya, Jokowi berbicara tentang mindset yang keluar dari rutinitas dan zona nyaman, dengan mengedepankan prinsip adaptif, produktif dan kompetitif. Situasi tersebut, tentu merupakan upaya yang diharapkan mampu mendobrak kebuntuan, dari apa yang lazim terjadi dalam struktur birokrasi kita, saat berhadapan dengan pelayanan publik.

Intonasi Mendalam

Kita dapat memahami, Jokowi kali ini memiliki beban tanggung jawab dari periode kekuasaan yang diembannya. Maka kunci utamanya, adalah memastikan seluruh program mampu dilaksanakan dan didistribusikan bagi kebaikan publik. Beban Jokowi bertambah berat, karena dalam proses kontestasi politik yang semakin sengit di periode kedua, dia berhadapan dengan keterbelahan publik, polarisasi terjadi dan masih membutuhkan waktu pemulihan.

Meski demikian, peristiwa sehari sebelum pidato "Visi Indonesia" menjadi alat bagi upaya membangun jalinan komunikasi dengan pihak-pihak lain. Pertemuan Jokowi-Prabowo di MRT sesungguhnya membangun sebuah kelegaan, mengakhiri bayangan kekhawatiran tentang tidak berkesudahannya gesekan paska Pemilu 2019.

Namun begitu, nada dalam pidato Jokowi masih mengakomodir kegusaran tersebut. Terdapat beban ganda dari kerja Jokowi pada periode kali ini, (a) memastikan keberhasilan dari proses pembangunan berkelanjutan, (b) mengembalikan kekuatan modal sosial yang terpecah. Sehingga, Pilihan diksi alergi, kejar, pangkas, copot, bubarkan dan penyakit menjadi bentuk dari upaya membangun ketegasan serta kewibawaan pemerintahan.

Dengan intonasi yang dalam pidato itu dinyatakan ke hadapan publik, dan kita perlu melihat bentuk ketegasan Jokowi dalam persepktif yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat. Sekali lagi kita akan melihat bagaimana periode ini akan dijalankan, sesuai narasi yang dibangun tersebut. Selamat bekerja!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun