Ketidakseriusan itu sejatinya setingkat di atas keseriusan. Jadi jangan pernah pandang remeh sense of humor, karena kemampuan menertawakan penderitaan adalah bentuk refleksi mendalam.
Hari-hari ini, hasil pesta demokrasi di Ukraina menghasilkan fenomena menarik. Petahana Petro Poroshenko dikalahkan oleh politisi muda, Volodymyr Zelenskiy (41) yang berada diluar lingkar politik Ukraina, hasil exit poll menempatkan perolehan suara Zelenskiy 73 persen.
Hal yang tentu mengejutkan, karena Zelenskiy selama ini dikenal sebagai seorang komedian dalam serial televisi Servant of the People. Ketenaran komedi situasi itu menjadi bekal popularitas bagi Zelenskiy untuk mengantarkannya berkontestasi.
Apa yang dialami Zelenskiy di dunia nyata, tidak ubahnya bagaikan peran dalam serial tivi yang dibawakannya tersebut. Komedi satire dalam cerita tersebut juga mengisahkan quantum leap keterpilihan guru yang kemudian menjadi Presiden Ukraina, berkat dukungan viralitas kritik di sosial media.Â
Kini Zelenskiy benar-benar menjadi Presiden Ukraina sesungguhnya. Tantangan terbesarnya tentu untuk membuktikan kemampuannya dalam memberikan arah kepemimpinan, bukan sekedar memainkan peran sebagaimana aktor memahami script skenario, dari naskah cerita yang telah dipersiapkan.
Dalam kajian media, kita dapat memahami bila publik mengalami kondisi ketercampuran realitas dunia maya melalui konstruksi media, dengan dunia nyata. Situasi tersebut dikenal sebagai hiperrealitas. Tapi publik lebih memilih peruntungan dengan mengangkat kandidat baru dibanding petahana, karena berharap realitas itu bisa dibuktikan dalam kehidupan sesungguhnya.
Makna Simbolik
Tidak ada yang salah dengan seorang pelawak yang menjadi Presiden, karena dalam demokrasi semua individu memiliki kesempatan serta peluang yang sama untuk jabatan publik. Demokrasi adalah soal konsensus. Ronald Reagan mantan Presiden Amerika juga memiliki latar belakang aktor, dan itu sah-sah saja.
Lalu apa kaitan episode Petruk Dadi Ratu dengan Ukraina? Cerita petruk, salah seorang dari tokoh punakawan yang jenaka mendadak menjadi Ratu alias Raja -ed Jawa, dikarenakan mampu mengambil pusaka Kalimasada.Â
Tafsir laku pentas tersebut dapat dimaknai secara simbolik, bahwa rakyat kecil seperti Petruk pun bisa menjadi tokoh besar, ketika memiliki pusaka Kalimasada yang diidentifikasi sebagai prinsip kalimat Syahadat, ada keteguhan keimanan, serta prinsip moralitas yang tinggi.
Kapasitas Petruk mendadak melejit, melintas bagai orbit meteor, ketika memiliki integritas moral yang mumpuni. Kira-kira begitu tafsir drama lakon Petruk Dadi Ratu. Perlu dipahami dalam alam demokrasi, politik adalah soal pilihan dan harapan publik.Â