Struktur Mikro: berkenaan dengan bentuk kalimat dan metafora yang dipergunakan, Jokowi dalam berita yang disampaikan kerap menggunakan pilihan kata "saya" ketika berucap tentang harapan dan pencapaian, dan kemudian beralih pada perkataan "kita" saat berhadapan dengan "tantangan", sejatinya hal ini merupakan ekspresi bahwa melalui kesatuan dan persatuan dalam keberagaman maka segala persoalan bisa diselesaikan.
Disisi lain, dalam pidato formal yang menjadi bagian dari standar kenegaraan, tentu pernyataan yang lugas dan bersifat lugas serta spontan tidak bisa dimunculkan sebagai political statement, karena semua yang disampaikan dalam proses pidato telah di-setting dengan ekspektasi tentunya perluasan pesan dan makna atas keberhasilan pemerintahan, dengan kepentingan membangun opini dan persepsi yang baik akan citra pemerintahan Jokowi.
Tentu harapan terbaik, sebagaimana lantunan doa dari Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, pada penutupan sidang kali itu, agar kita selalu dalam bimbingan Illahi sebagai hamba-Nya, agar tak hanya pandai mensyukuri nikmat, tapi pandai bersabar atas cobaan. Tak hanya bersikap kritis, tapi santun. Sekaligus mendapatkan pemimpin, yang bukan hanya mampu bicara banyak, tapi juga dapat berbuat banyak.
Jadi? Tentu saja khalayak yang akan menentukan pilihan politik, apakah memang Jokowi menjadi pilihan terbaik yang dapat dilihat dari keberhasilan pembangunan fisik yang sudah dilakukan, termasuk berbagai pencapaian lainnya, ataukah sebaliknya? Silahkan ditimbang!.