Mohon tunggu...
Yudhi Hendro
Yudhi Hendro Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang suami dan ayah dari empat orang anak. Bekerja di salah satu perusahaan swasta di Kalimantan. Mengelola blog pribadi : yudhihendros@wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Silaturahmi yang Mencerahkan

30 September 2012   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:28 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kata-kata di website perusahaan bagus, Pak”, komentar Pak Zul, salah satu rekan saat berkunjung ke tempat kerja. Seorang rekan kerja yang hampir setahun tidak bertemu.

”Kata-kata yang mana, Pak?”, tanya saya balik.

“Itu, Pak. Semboyan yang ada di kiri atas halaman depan. Websitenya bapak yang membuat?”.

“Oo, bukan saya yang membuat. Itu hasil kerja tim. Hasil kolaborasi beberapa orang”.

“Kalimatnya mau saya copy, Pak. Apakah boleh?”,

“Silakan saja”.

Sebuah penghargaan yang tulus dari seorang kawan. Sebentuk pujian terhadap hasil kerja yang tidak pernah saya duga. Sebuah ungkapan dterima kasih atas manfaat yang diperolehnya setelah membaca sebuah kalimat di website :

“Satu dari sekian banyak hal yang menyumbang kebahagiaan seseorang, adalah silaturahmi yang menghasilkan ilmu dan semangat baru”.

Senang rasanya kalau apa yang kita tuliskan, bisa bermanfaat bagi orang lain. Bahagia rasanya kalau apa yang kita sampaikan, orang membalasnya dengan ungkapan terima kasih dan penghargaan.

Terima kasih, pujian dan penghargaan. Tiga kata yang tampaknya jarang kita ungkapkan kepada orang lain yang telah begitu banyak membantu dan mengingatkan kita. Dan orang lain itu, bisa jadi adalah teman, suami, istri, anak atau orangtua kita.

Membantu mencerahkan pemikiran kita untuk lebih bersyukur. Membantu memotivasi diri kita untukberbuat lebih baik. Membantu memberikan jalan keluar atas persoalan yang kita hadapi.

Sebagai orangtua, seberapa sering kita memuji anak kita? Atau kita justru lebih sering memarahinya untuk sebuah kenakalan yang biasa dilakukan oleh anak-anak?

Sebagai suami atau istri, apakah kita lebih banyak berterima kasih atau justru sering menyalahkan  apa yang telah diperbuatnya untuk kebahagiaan keluarga?

Dan sebagai anak, berapa seringkah kita memohon maaf kepada orang tua?Berapa kali dalam sebulan ini kita berbicara dengan ibu dan bapak kita? Berapa kali kita menelepon dan menanyakan kabar beliau yang merindukan suara anaknya di seberang sana?

Tak kalah pentingnya, sebagai mahkluk ciptaanNya? Seberapa sering kita bersyukur, karena hingga detik ini masih diberikan kesempatan menghirup udara segar.

Terima kasih untuk pujian dan penghargaannya. Silaturahmi memang mencerahkan dan membahagiakan diri kita.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun