Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apau Kayan, Denyut Peradaban Sungai di Halaman Terdepan Indonesia

20 Maret 2017   16:12 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:00 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat Cessna Caravan milik Susi Air seperti ini yang membawa saya dari Malinau Kota menuju Bandara Long Ampung, Kayan Selatan. (Foto: Yudha PS)

Melihat kondisi ini, wajar saja bila masyarakat di Malinau sangat tergantung dengan transportasi udara. Saking membutuhkannya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara dan Pemerintah Kabupaten Malinau sampai menggelontorkan subsidi untuk transportasi udara ini. Jumlah subsidinya pun cukup besar, sekitar 4 kali harga tiket yang dibayarkan penumpang.

Pesawat yang digunakan pun termasuk kecil, yaitu berjenis Cessna Caravan. Pesawat ini hanya mampu mengangkut 12 penumpang. Ke Long Ampung sendiri, pihak maskapai hanya menyediakan tiga jurusan penerbangan, yaitu: Tanjung Selor - Long Ampung, Malinau - Long Ampung, dan Samarinda - Long Ampung.


Meskipun demikian, pihak maskapai hanya melayani penerbangan satu hingga dua kali sehari. Itu pun tergantung kondisi cuaca. Umumnya, bulan Desember setiap tahunnya, pihak maskapai sangat sedikit melakukan penerbangan ke wilayah pedalaman. Sebabnya adalah cuaca ekstrim dan tidak menentu yang cukup berbahaya bagi penerbangan pesawat kecil.

Seperti ketika saya hendak pulang ke Malinau melalui Bandara Long Ampung. Saat itu, langit sudah mendung dan pesawat juga belum kunjung datang. Ketika hujan mulai turun dengan derasnya, pesawat tampak berputar-putar di langit sebelah utara bandara. Karena kondisi cuaca semakin buruk, pesawat memutuskan untuk kembali ke Malinau dan mengurungkan niat untuk mendarat.

Padahal, Desember sendiri merupakan puncak mobilitas masyarakat Malinau ke desa-desa. Mereka umumnya pulang kampung untuk merayakan natal bersama keluarga. Tidak heran, kondisi ini membuat seseorang harus memesan pesawat jauh-jauh hari untuk mendapatkan penerbangan pada bulan Desember setiap tahunnya.

Bila seseorang harus mendadak pergi ke luar Long Ampung, mereka umumnya menunggu di bandara. Bahkan, tidak jarang mereka rela menginap beberapa hari hanya untuk mendapatkan penerbangan. Harapannya sederhana, ada calon penumpang yang membatalkan keberangkatan, sehingga bisa digantikan oleh mereka.

Hal ini juga sempat saya alami ketika hendak menuju Malinau. Saya harus menunggu di Bandara Long Ampung hingga tiga hari lamanya. Beruntung, masyarakat desa merupakan orang-orang yang ramah. Hal ini membuat saya mendapatkan tempat menginap selama dua malam, meskipun hanya sekadarnya saja.

***

Sembari menunggu bagasi, saya membuka ponsel saya dan menunggu sinyal terhubung. Lama menunggu, tapi telepon yang berisi kartu Telkomsel saya tidak juga mendapatkan sinyal. Padahal, saya harus menghubungi seseorang yang tengah berada di Long nawang. “Sudah beberapa hari tower mati, pak. Jadi tidak ada satu pun yang bisa menggunakan telepon selulernya,” jawab orang lokal yang saya tanyai perihal sinyal.

Pantas saja banyak orang yang mengira bahwa saya teknisi jaringan telepon seluler ketika saya mengaku berasal dari Jakarta. Pasalnya, mereka menunggu seorang teknisi untuk memperbaiki jaringan telekomunikasi seluler di Long Ampung. Selain itu, orang juga mengira bahwa saya teknisi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pasalnya, PLTS yang ada di Long Nawang belum juga berfungsi. Padahal, PLTS tersebut sudah selesai dirakit. Hanya saja, listriknya tidak kunjung disalurkan ke rumah warga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun