Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Apau Kayan, Denyut Peradaban Sungai di Halaman Terdepan Indonesia

20 Maret 2017   16:12 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:00 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bentangan alam Desa Long Nawang, Kec. Kayan Hulu, Malinau, Kalimantan Utara. Di sebelah kiri foto merupakan lahan yang sengaja dibuka untuk membuat pemukiman baru. (Foto: Yudha PS)

“Di Long Nawang, kami tenang-tenang saja bila harga bahan bakar minyak naik sampai lima ribu Rupiah,” ungkap Wayan Onikarya, penduduk Long Nawang keturunan Bali ini. “Lalu, kenapa di Jawa harus protes besar-besaran? Padahal, harga bahan bakar minyak cuma naik lima ratus rupiah saja,” tanyanya kemudian.

Meskipun demikian, masyarakat Long Nawang tengah menaruh harap kepada pemerintah Indonesia saat ini. Pasalnya, Joko Widodo berencana untuk menyamakan harga bahan bakar minyak di seluruh Indonesia, termasuk Long Nawang.

"Rencananya pom bensin akan dibangun di sini," tunjuk Aprido Lorens, pemilik mobil gardan-ganda sembari menunjuk lokasi di antara Long Nawang dan Long Ampung, ketika mengantarkan saya ke bandara. Meskipun demikian, pegawai Kecamatan Kayan Selatan ini belum mengetahui kapan rencana tersebut akan terwujud. "Semoga dalam waktu dekat ini," tuturnya kemudian.

Sembari menunggu rencana pemerintah nasional tersebut, guna menyiasati tingginya harga kebutuhan pokok, banyak masyarakat Long Nawang yang memilih berbelanja di Malaysia. Salah satunya adalah gas untuk kebutuhan rumah tangga. Gas berlabel Mygaz dengan kapasitas 14 Kilogram ini dijual seharga 70 ringgit per tabungnya, atau sekitar 250 ribu Rupiah. Ditambah biaya transportasi, harganya di Long Nawang mencapai 500 ribu Rupiah.


Masyarakat Long Nawang dan sekitar perbatasan sendiri bisa keluar-masuk wilayah Malaysia dengan mudah. Mereka tidak perlu memiliki atau menunjukkan passport untuk menyeberang ke negara tetangga. Umumnya, mereka berbelanja peralatan rumah tangga atau pun mengunjungi sanak saudara yang tinggal dan sudah menjadi warga negara Malaysia.


Kehidupan masyarakat dayak di Malaysia sendiri jauh lebih baik daripada masyarakat Dayak di Indonesia. Malaysia sendiri menjamin pendidikan dan kesehatan masyarakat dayak di wilayahnya dengan kualitas yang jauh lebih baik daripada Indonesia. Infrastruktur pun sudah jauh lebih baik, terutama listrik dan transportasi darat.

Meskipun begitu, masyarakat Long Nawang tidak tertarik untuk pindah ke Malaysia, padahal mereka mampu. Mereka berusaha mempertahankan Indonesia, meski harus bertahan di tengah keterbatasan pedalaman dan sabar melihat carut-marut Jakarta. “Kami, di Long Nawang, selalu mendoakan mereka yang ada di Jakarta sana agar lebih baik dan memajukan Indonesia,” ungkap Juni, usai santap malam, sembari melihat tayangan berita di sebuah televisi nasional.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun