Hari kedua di Cirebon membawa langkah kaki ini ke tempat para pengrajin kain yang di lukiskan dengan anggun menggunakan cairan yang disebut malam, yaitu Kampung Batik Trusmi. Kampung Batik Trusmi sendiri dipercaya telah diprakarsai oleh seorang pemimpin agama Islam dengan nama Ki Gede Trusmi yang juga merupakan pengikut setia Sunan Gunung Jati.
Dikatakan bahwa Ki Gede Trusmi telah mengajarkan kepada masyarakat seni batik saat menyebarkan Islam. Ki Gede Trusmi sangat dihormati oleh penduduk sekitar dan setiap 4 tahun sekali, penduduk sekitar melakukan ritual yang disebut Ganti Welit dan Ganti Sirap yang artinya mengganti atap makam.
Terlepas dari semua itu, batik Cirebon merupakan salah satu batik yang terkenal di Indonesia mulai dari batik Mega Mendung, Paksi Naga Liman, Sawat Pengantin, Kompeni dan Pecutan.
Keluar dari kepadatan orang-orang yang membatik, perjalanan berlanjut ke pusat kota, tepatnya ke Gedung Balai Kota Cirebon. Tidak banyak yang bisa di amati disini selain arsitektural gedung tersebut yang banyak terdapat patung udang menghiasi halaman depan gedung teresbut.
Bergeser ke sebelahnya, terdapat sebuah bangunan yang mencolok dengan patung kereta api menyambut di ujung depan jalan masuk, yaitu Stasiun Cirebon. Sama halnya  seperti Balai Kota, tidak banyak yang bisa diamati selain arsitekturalnya, karena 2 tempat tersebut masih aktif digunakan sampai sekarang ini.
Setelah bercucuran keringat di pusat kota, kaki kembali melangkahkan jejaknya ke arah pesisir di tepi kota, perjalanan yang cukup panjanng dari pusat ke kota membuat tubuh melampiaskannya dengan tidur sejenak di bangku bis. Sesampainya disana, suasana berubah menjadi lebih tenang dan sedikit berdebu karena akses menuju kesana terhenti saat didepan jalan bertanah gersang yang harus dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 3 km.
Perjalanan yang sanagt menguras tenaga membuat kaki terasa berat untuk melangkah lebih jauh tetapi pada akhirnya jejak kaki yang letih tercetak pada halaman depan Tempat Pelelangan Ikan Bondet atau TPI Bondet. Bangunan yang tidak terlalu besar dan megah tetapi menjadi bangunan yang sangat penting di Cirebon karena merupakan satu-satunya TPI yang masih beroperasi sampai saat ini dari 11 TPI yang ada.
Tidak banyak aktivitas yang terjadi disini selain satu kapal berukuran tidak terlalu besar tetapi tidak juga terlalu kecil yang sedang melakukan bongkar muat barang hasil tangkapan di laut, yaitu ikan.
Di atas sebuah kapal, terlalui pemandangan para penduduk pesisir khususnya nelayan yang sedang beristirahat setelah semalaman melaut mencari ikan, terlihat juga kapal-kapal dengan lukisan yang berbeda satu sama lain.Kapal pun berhenti dan kaki ini pun harus berjalan sedikit lagi menuju ke bis, setelah sampai di dalam, bis pun bergerak kembali menuju hotel untuk beristirahat malam.
Karena terletak di pesisir yang artinya dekat dengan laut, membuat Cirebon menjadi tempat strategis untuk menedapatkan foto matahari terbit atau yang biasa dikenal dengan sebutan sunrise. Keesokan harinya, saat sang mentari masih bersembunyi di balik gunung, bis sudah berjalan menembus kesunyian kota Cirebon di jam 3 pagi menuju Pantai Kejawanan.
Sesampainya disana, menyempatkan waktu untuk beribadah adalah suatu hal yang wajib dilakukan sebagai umat beragama. Setelahnya seperti ada yang mendorong untuk segera berjalan menuju tempat terbaik untuk mengabadikan sang mentari menampakkan sinarnya yang indah sebagai ciptaan tuhan.