Mohon tunggu...
Yuda AriSetiawan
Yuda AriSetiawan Mohon Tunggu... Freelancer desainer grafis

saya merupakan seorang Freelancer yang memiliki pekerjaan sebai desainer grafis dan memiliki hobi menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kelompok Druze, Duri Dalam Daging Pemerintahan Baru Suriah

19 Juli 2025   00:16 Diperbarui: 19 Juli 2025   00:16 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konflik Druze. Sumber : Dokumentasi Pribadi

Suriah merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang sering dilanda konflik. Pada tahun 1948 Suriah bersama dengan Lebanon, Yordania, Mesir dan negara Arab lainnya terlibat dalam perang melawan Israel. Kemudian pada abad 21 Suriah juga dilanda perang sipil baik melawan ISIS maupun melawan kelompok milisi lain yang berasal dari warga negaranya sendiri yang saat itu menuntut Presiden Bashar Al Assad mundur dari jabatannya serta membentuk pemerintahan Suriah yang baru.

Setelah melalui konflik yang panjang walaupun didukung oleh Rusia dan Iran akhirnya pemerintahan Assad tumbang. Setelah tumbangnya Presiden Assad, pemimpin Suriah yang baru digantikan oleh Abu Muhammad Al Julani atau sering disebut Ahmad Husein Al Sharaa dan pada tanggal 29 Januari 2025, Ahmad Al Sharaa resmi dilantik menjadi Presiden untuk memimpin pemerintahan transisi di Suriah. Segera setelah dilantik, Presiden Ahmad Al Sharaa mulai menata negara Suriah yang telah hancur lebur akibat perang. Namun, dari awal masa pemerintahannya Suriah sudah diguncang beberapa konflik baik internal maupun eksternal. Konflik eksternal muncul karena adanya serangan dari militer Israel (IDF) sedangkan konflik internal datang dari sisa loyalis mantan Presiden Assad yang didukung oleh Iran serta konflik dengan kelompok Druze.

Kelompok Druze sendiri merupakan kelompok masyarakat yang hidup di beberapa negara di Timur Tengah seperti Suriah, Lebanon dan Israel. Kelompok Druze merupakan kelompok agama yang ajarannya bersumber dari ajaran Syiah Ismailiyah tetapi kemudian bercampur dengan ajaran filsuf Yunani, Kristen, Hindu dan Budha. Di Israel kelompok Druze dilindungi oleh pemerintah bahkan diperbolehkan untuk bergabung dengan militer Israel (IDF). Sejak awal pemerintahan transisi Suriah di bawah Presiden Ahmad Al Sharaa berdiri, kelompok Druze sudah mulai menunjukkan perlawanan. Bak gayung bersambut, Israel mempersilahkan para tokoh kelompok Druze untuk mengunjungi Israel pada bulan Maret 2025.

Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 14 Juli 2025 kemarin pecah bentrokan antara kelompok Druze dengan aparat keamanan Suriah. Bentrokan tersebut terjadi di provinsi Suwaida, Suriah Selatan. Gubernur Suwaida segera berusaha meredam bentrokan itu agar situasi tetap damai dan kondusif akan tetapi jalan damai tidak membuahkan hasil. Akhirnya pemerintah Suriah menanggapi bentrokan tersebut dengan mengerahkan pasukan militer yang dilengkapi dengan tank dan kendaraan lapis baja untuk menghancurkan kelompok Druze di Suriah. Akan tetapi hal yang tidak terduga tiba-tiba terjadi yaitu Angkatan Udara Israel melakukan serangan ke Suriah. Bahkan pada tanggal 16 Juli 2025 lalu, AU Israel menyerang gedung pusat pemerintahan yang berdekatan dengan istana kepresidenan Suriah di Damaskus. Hal itu dilakukan oleh Israel dengan dalih menyelamatkan kelompok Druze yang ada di wilayah Suwaida, Suriah.

Analisa Kemungkinan Yang Akan Terjadi.

Konflik di Suriah kali ini akan berjalan rumit dan cukup panjang. Hal itu dikarenakan konflik yang terjadi saat ini akan melibatkan aktor internal maupun eksternal. Aktor internal yang terlibat sudah tentu pemerintah baru Suriah melawan kelompok Druze. Akan tetapi kemungkinan terburuknya militan ISIS serta loyalis mantan Presiden Assad juga akan muncul dan terlibat di dalam konflik saat ini.

Kemudian aktor eksternal yang mungkin terlibat saat ini adalah pasukan Israel, Turki, Iran bahkan AS walaupun secara tidak langsung. Khususnya Israel, keterlibatan negara ini secara terang-terangan dapat dibuktikan dengan dilancarkannya serangan udara ke gedung pemerintahan Suriah yang berdekatan dengan istana kepresidenan di kota Damaskus, Suriah. Kemudian pemimpin kelompok Druze salah satunya yaitu Sheikh Hikmat Al Hijri terang-terangan meminta bantuan Israel untuk membantu kelompok milisi Druze di Suwaida serta memerintahkan milisi Druze untuk tetap melakukan perlawanan terhadap aparat keamanan Suriah. Bahkan untuk menanggapi permintaan pemimpin kelompok Druze tersebut Israel mengirimkan konvoi pasukan darat yang masuk ke wilayah selatan Suriah pada tanggal 17 Juli 2025.

Saat ini meskipun pasukan pemerintah Suriah dengan dibantu oleh berbagai suku bermazhab Islam Suni di Suriah seperti Suku Badui berhasil mendesak kelompok Druze dan memegang kendali kota Suwaida, bukan berarti konflik di Suriah akan segera berhenti. Berkaca dari konflik sebelumnya di Gaza, Palestina kemungkinan Israel akan berusaha mengambil alih wilayah selatan Suriah seperti Dar'a dan Suwaida. Apalagi saat ini pemerintahan transisi Suriah belum cukup kuat untuk menghadapi Israel terutama jika serangan itu dilancarkan melalui udara. Situasi ke depan juga akan semakin rumit karena AS pasti tidak ingin pemerintahan yang ada saat ini jatuh apalagi sampai kembali memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan Iran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun