Argomulyo, 6 September 2025 – Penumpukan kotoran ternak di Kandang Kambing Maju Mandiri, Argomulyo menjadi suatu masalah yang cukup serius. Tumpukan kotoran yang dibiarkan tanpa pengolahan lebih lanjut dapat mengakibatkan pencemaran udara dan melepaskan gas metana yang berdampak pada iklim sehingga menyebabkan efek gas rumah kaca (GRK).
Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Pelaksana Program Young Sustainable Initiative Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (YSI BEM KMFT UMY) 2025 membuat sebuah program inovatif dan berkelanjutan. Selaras dengan tema “Desa Iklim”, mereka merancang sebuah program yang bernama Argo Kompos, yaitu pembuatan kolam kompos berbasis kotoran ternak kambing. Kegiatan ini menyasar kelompok ternak Kambing Maju Mandiri di Dusun Puluhan, Kalurahan Argomulyo, Sedayu, Bantul, DIY.
Dusun Puluhan dikenal sebagai salah satu sentra peternakan kambing di desa tersebut. YSI BEM KMFT UMY 2025, sebagai bagian dari program pengabdian dan edukasi lingkungan, turut serta dalam proses perencanaan, pembangunan, hingga pelatihan teknis kepada kelompok ternak mengenai pengolahan kompos alami.
Berkat kolaborasi antara kelompok ternak Kambing Maju Mandiri dan YSI BEM KMFT UMY 2025, sebuah kolam kompos berbasis kotoran kambing berhasil dibangun untuk mendukung peternakan ramah lingkungan sekaligus meningkatkan kesadaran pengelolaan limbah ternak.
Peresmian kolam kompos dilakukan pada Sabtu, 6 September 2025 yang dihadiri oleh Kepala Dusun Puluhan, Ketua Kelompok Ternak Kambing Maju Mandiri, fasilitator dari Balai Penyuluh Pertanian Sedayu, dan pihak kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah kegiatan peresmian selesai, kelompok ternak bersama Tim Pelaksana YSI BEM KMFT UMY 2025 melakukan pelatihan pembuatan pupuk kompos bersama fasilitator dari Balai Penyuluh Pertanian Sedayu.
Kolam kompos yang dibangun berukuran 2,5 x 5 meter dengan ketinggian 60 sentimeter. Kotoran kambing yang sebelumnya hanya ditumpuk di sekitar kandang kini ditampung di kolam tersebut, lalu dicampur dengan cairan EM4 dan tetes tebu agar proses fermentasi lebih cepat. Proses pengomposan diperkirakan memakan waktu sekitar 3 hingga 4 minggu. Setelah itu, kompos siap digunakan sebagai pupuk alami untuk lahan pertanian warga maupun dapat dijual.
Kepala Dusun Puluhan, Bapak Teguh Purwanto, menyampaikan bahwa “Kolam kompos ini menjadi langkah awal dalam mengatasi permasalahan limbah ternak yang selama ini sering menimbulkan bau tidak sedap dan pencemaran lingkungan. Harapan ke depannya, semoga program ini dapat terus berlanjut dan menjadi contoh bagi dusun-dusun lain di Argomulyo.”
Melalui langkah inovatif dan berkelanjutan ini, Tim Pelaksana YSI BEM KMFT UMY 2025 turut serta dalam menangani permasalahan limbah di Kalurahan Argomulyo dan menekankan arti penting pengabdian yang berdampak luas pada masyarakat. Dengan kolam kompos ini, Dusun Puluhan tidak hanya berhasil mengurangi dampak negatif limbah ternak, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi kegiatan pertanian dan peternakan warga desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI