Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Salju Abadi di Puncak Titlis

27 November 2017   17:16 Diperbarui: 27 November 2017   17:21 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cable car. https://www.city-discovery.com

Sejak dimaki-maki oleh Torro, Ibu Ratna tidak pernah sekalipun mau berbicara lagi dengan saya. Bahkan ketika mengantar seluruh rombongan ke tujuan terakhir, yaitu Gunung Titlis, dia masih saja berkeras untuk tetap mendiamkan saya. Agar lebih jelas silakan pembaca baca dulu pertengkaran saya dengan Ibu Ratna di https://goo.gl/Yqy5YT

Di puncak gunung bersalju tersebut udaranya cukup dingin dan berangin. Perlu diketahui bahwa yang membuat kita kedinginan adalah angin. Meskipun suhu udara mencapai nol derajat, kalau tidak ada angin, kita tidak akan tersiksa oleh rasa dingin. Sebaliknya, ketika angin bertiup, walaupun udaranya bersuhu cuma 15 derajat, rasa dingin lumayan menyiksa bagi orang Indonesia.

Ibu Ratna sudah memakai jaket yang tebal tapi dia tampak menggigil diserang angin yang bermuatan hawa dingin. Karena iba, saya membuka jaket saya dan menyerahkan padanya. Biarlah saya cuma memakai T-shirt tipis saja. Saya memang terbiasa menikmati udara dingin.

"Ibu Ratna kedinginan? Ini silakan pakai jaket saya?"

Namun apa reaksinya? Dia membuang muka dan langsung pergi tanpa sepatah kata. Saya cuma bisa menghela napas dengan sedih. Sejak kecil saya selalu gampang sedih kalau ada yang marah atau membenci saya, sekali pun orang tersebut sama sekali tidak dekat dengan saya.

Sambil mengenakan jaket lagi, saya berjalan-jalan seorang diri menapaki tanah yang dilapisi salju setebal 10 Cm. Karena waktu itu musim panas, butiran-butiran salju itu tidak terlalu padat sehingga setiap menapakkan kaki, sepatu dan kaos kaki menjadi basah dan lembab. Saya berjalan tanpa tujuan menikmati keindahan yang Tuhan anugerahkan pada umat manusia. Sepanjang mata memandang yang tampak hanya hamparan salju yang putih dan suci. 

Titlis adalah sebuah gunung yang terkenal dengan salju abadinya. Letaknya di Kota Engelberg, Swiss dengan ketinggian sekitar 3020 meter dari permukaan laut. Dari kota besar terdekat, Lecerne, tempat ini bisa kita capai dalam waktu kurang lebih 50 menit dengan bus. Perjalanan selama itu sama sekali tidak terasa karena pemandangannya luar biasa indah seperti yang biasa kita lihat dalam kartu pos atau kalender.

Untuk menuju ke puncaknya, kita harus menggunakan kereta gantung sebanyak dua kali. Kereta gantung pertama untuk mencapai pos 1, lalu kita berganti kereta gantung untuk menuju pos 2. Dari pos 2 kita akan menumpang sebuah lift gantung berbentuk serupa kapsul yang mampu mengangkut lebih dari 50 penumpang.

Bulan apapun berkunjung ke sana, Anda akan menemukan salju di puncaknya. Itu sebabnya Gunung Titlis selalu ramai sepanjang tahun. Ketika musim dingin, wisatawan dari berbagai penjuru Eropa berdatangan untuk bermain ski. Sedangkan di musim panas, orang Asia datang berbondong-bondong untuk melihat salju. Dan lagi-lagi orang Asia yang paling banyak datang ke sini adalah orang Indonesia. Hal ini ditandai dengan beberapa tanda penunjuk dan ucapan selamat datang yang salah satunya berbahasa Indonesia.

Pak Omar turis dari Surabaya bergaya. Personal photo
Pak Omar turis dari Surabaya bergaya. Personal photo
Sayangnya, predikat Titlis sebagai puncak salju abadi tidak selalu tepat. Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini pernah membuat salju di sana menghilang. Itu adalah pengalaman yang paling buruk buat saya. Kenapa? Karena saat itu saya sedang membawa 18 orang turis ke puncak Titlis. Semua turis telah bersedia dengan jaket dan kameranya, siap mengabadikan diri bersama salju. Namun setibanya di puncak, tak ada salju sama sekali. Semua peserta tour marah dan memaki-maki saya. Saya sampai menangis karena sedih telah mengecewakan mereka. Saya tidak berdaya karena itu adalah peristiwa alam yang terjadi di luar kekuasaan manusia.

Puas menikmati salju, acara tour pun selesai. Saya mengantarkan rombongan kembali ke Amsterdam. Di Bandara Schiphol, semua orang berpamitan pada saya, kecuali Ibu Ratna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun