Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pertengkaran di Bus

18 November 2017   18:33 Diperbarui: 18 November 2017   18:50 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Iya, nggak apa-apa. Yoyo sendiri aja. Dadah Mama. Dadah Papa."

Peserta tour jumlahnya 22 orang. Hampir semuanya keturunan Cina, kecuali sepasang suami isteri dan dua ibu-ibu ras melayu yang terlihat sangat modis. Setiap kali membawa turis Indonesia ke Eropa, perbandingannya selalu begitu. Ras Cina selalu jauh lebih banyak dari pribumi. Kadang di dalam hati saya suka menyimpulkan bahwa orang Cina lebih pandai mengatur waktu daripada Orang Melayu. Orang Cina ketika saat bekerja, mereka bekerja dengan keras. Tapi ketika masa liburan, mereka pun berlibur bahkan sudah merencanakan tujuan liburan jauh-jauh hari sebelumnya.

Sementara Orang Melayu, ketika saat bekerja, mereka bekerja. Tapi saat liburan, mereka sering tidak pergi ke mana-mana. Mereka mengisi liburan cuma bepergian di dalam kota. Kalaupun mereka akhirnya memutuskan untuk berlibur, mereka bingung harus pergi ke mana, karena tidak direncanakan sebelumnya. Akibatnya mereka pergi ke tempat yang sama lagi, misalnya ke Bali. Tahun depannya ke Bali lagi. Kalau butuh variasi tahun depannya ke Lombok tapi sebelumnya ke Bali dulu.

Kami semua menumpang pesawat Garuda penerbangan ke Amsterdam. Sebetulnya saya lebih senang kalau pesawat ini landing di Charles de Gaulle, Paris. Sayangnya, pesawat Garuda dari Jakarta hanya mendarat di Amsterdam, jadinya kami tidak punya pilihan lain.

Buat para tour leader, Paris adalah kota paling strategis untuk menjadi base sebuah perjalanan di daratan Eropa Barat karena ada banyak sekali spot-spot menarik di kota ini untuk mengisi waktu kosong. Jadwal perjalanan yang sudah ditentukan oleh travel di Jakarta sering terkesan asal-asalan dan tidak sistematis sehingga banyak waktu kosong yang tentu saja berakibat membuat para turis merasa bosan.

Check in berjalan lancar. Bagasi juga tidak ada yang over weight. Baru saja selesai mengabsen seluruh peserta dan membagikan boarding pass, suara panggilan boarding langsung terdengar.

"Mohon perhatian Anda, para penumpang pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA-278...."

Saya mengatur member group untuk berbaris dan berjalan menuju ke arah pesawat. Setelah membantu memasukkan barang bawaan ke lemari kabin, saya cek satu persatu apakah semuanya sudah memakai seat belt. Hal ini kelihatannya sepele tapi perlu, karena banyak di antara peserta yang sudah lumayan sepuh. Sering saya mendapat pengalaman di mana para manula lupa memakai sabuk pengamannya.

Waktu berjalan menyusuri lorong antara bangku penumpang, seorang anggota group yang bernama Pak Anton sekonyong-konyong mencengkram pergelangan tangan saya.

"Ya, Pak Anton? Ada yang bisa dibantu?" tanya saya.

"Yoyo, kamu yakin pesawat ini aman?" tanyanya dengan suara terdengar gugup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun