Di tengah lebatnya Hutan Amazon, hiduplah beragam binatang dengan aturan tidak tertulis: si kuat bukan yang berkuasa, tapi yang bijaklah yang dihormati. Hutan itu dipimpin seekor jaguar tua bernama Tama, yang terkenal karena kebijaksanaannya. Tama tidak pernah menggunakan taring atau cakar untuk menguasai, tapi menggunakan hati dan suara.
Namun, kedamaian itu mulai terusik ketika muncul seekor burung elang muda bernama Zura. Elang ini memiliki bulu emas yang mengilap, suaranya lantang, dan pandangan tajam. Zura merasa bahwa dialah yang paling pantas memimpin hutan karena bisa terbang tinggi, melihat segalanya dari atas, dan cepat dalam bertindak.
"Apa gunanya pemimpin tua yang tak bisa terbang?" ejek Zura suatu hari di depan hewan-hewan lain.
"Aku bisa melihat bahaya dari jauh, aku bisa bergerak cepat, dan aku tak butuh waktu lama untuk berpikir seperti si tua Tama."
Awalnya, para hewan hanya mengabaikan ocehan Zura. Namun, seiring waktu, Zura mulai menyebar janji-janji manis.
"Jika aku jadi pemimpin," katanya, "takkan ada lagi aturan makan bergiliran. Kalian bisa makan kapan pun kalian mau!"
Sebagian hewan, terutama yang muda dan lapar, mulai terpengaruh. Mereka melihat Zura sebagai simbol perubahan dan kekuatan. Zura pun menyusun rencana: membuat Tama terlihat lemah di mata semua makhluk hutan.
Suatu hari, Zura menebar kabar bahwa Tama menutup akses ke Sungai Viria --- satu-satunya sumber air bersih --- demi menjaga wilayah kekuasaannya. Para hewan pun panik dan marah. Mereka menyerbu Tama di kediamannya di bawah akar pohon besar.
"Aku tak pernah melarang siapa pun ke sungai," ujar Tama tenang. "Tapi sungai sedang tercemar karena ranting-ranting jatuh dari pohon akasia. Aku sedang menyuruh berang-berang membersihkannya dulu."
Zura, yang mendengar itu, tidak senang. Ia tahu Tama tidak mudah dijatuhkan dengan fitnah. Maka, ia menantang Tama untuk adu kebijakan --- tantangan kuno di Hutan Amazon. Siapa yang bisa menyelesaikan masalah paling rumit hutan, dialah yang layak menjadi pemimpin.
Masalah yang dipilih adalah tentang kelangkaan buah-buahan di bagian timur hutan karena ulat-ulat menyerang pohon-pohon.
Zura segera memberi solusi: "Bakar saja pohonnya! Habis ulat, habis masalah!"