Rio (7) adalah anak dari pasangan Pak Yudha dan Bu Narmi yang sama-sama bekerja sebagai akuntan di perusahaan berbeda di Bandung. Pak Yudha dikenal ahli di bidang akuntansi pemeriksaan sedangkan Bu Narmi di bidang akuntansi keuangan. Keluarga mereka banyak yang bekerja sebagai akuntan sehingga keluarga mereka dijuluki "keluarga akuntan".Â
Rio punya cita-cita ingin meneruskan perjuangan orangtuanya sebagai akuntan. Di sekolah, Rio memng terkenal gemar berhitung, tak heran bila di setiap pelajaran matematika, ia selalu mendapat nilai tertinggi.Â
Rio melihat ibunya sedang menyusun laporan keuangan yang merupakan tugas dari atasannya untuk mengukur kinerja perusahaan saat ini. "Ibu, ini untuk apa ya? tanya Rio. Bu Narmi menjawab bahwa ini adalah laporan keuangan. Rio sangat ingin belajar akuntansi dengan Bu Narmi meskipun dirinya masih duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar.
Ibunya bukan tidak mengizinkan Rio untuk belajar, melainkan belum saatnya Rio untuk belajar ilmu akuntansi. Ia baru diizinkan Bu Narmi belajar akuntansi jika sudah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Tentu saja Rio merengek kepada ibunya karena ini sudah menjadi cita-citanya menjadi akuntan.Â
"Aku mau belajar akuntansi ! aku mau belajar akuntansi," teriak Rio sambil menangis dan berguling. Pak Yudha yang melihat Rio menangis meminta Bu Narmi untuk mengizinkan saja Rio untuk belajar akuntansi biarpun ia masih kecil.Â
Rio pun berhenti menangis dan saat itu juga mulai belajar akuntansi dengan ibunya. Ia sangat bersemangat untuk belajar ilmu yang sebenarnya akan ia dapatkan di bangku SMA/SMK. Saat sekolah dimulai, guru Rio meminta para murid untuk menceritakan apa yang semalam dilakukan dengan orangtua.
Rio yang mendapat giliran pertama menceritakan kepada teman-temannya bahwa ia belajar ilmu akuntansi dengan ibunya. Ia juga bilang bahwa ia ingin meneruskan perjuangan orangtuanya menjadi seorang akuntan.Â
Tino, salah seorang teman Rio menertawakan aktivitasnya dengan ibunya. "Kamu jangan mimpi di siang bolong deh, apa sih yang kamu dapatkan dari belajar akuntansi ? kita aja masih kelas 2 SD," katanya.Â
Teman-teman yang lain ikut tertawa dengan apa yang menjadi aktivitas Rio semalam. Rio tidak memperdulikan apa yang dikatakan oleh temannya itu, ia malah termotivasi untuk belajar akuntansi lagi dengan ibunya.
Bu Narmi sangat terkesan melihat semangat anaknya untuk belajar akuntansi yang tak pernah ada anak SD berminat untuk belajar. Saat Rio tertidur pulas, Bu Narmi dan Pak Yudha berbincang tentang sang anak. Bu Narmi menitikkan air mata tanda terharu dan bersyukur pada tuhan telah dikaruniai anak yang berkemauan baja.Â
Bu Narmi mengajak sang suami untuk berdoa kepada tuhan agar kelak anaknya berhasil menjadi akuntan seperti mereka. 3 tahun berlalu, kini Rio duduk di kelas 5 SD. Rio sudah menguasai ilmu akuntansi selama ia belajar dengan orangtuanya. Ia sekarang memikirkan bagaimana ia akan menerapkan apa yang ia pelajari selama ini. Meski sering belajar akuntansi, Rio tetap termasuk anak yang pandai di sekolahnya.Â