Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Nuzulul Qur'an

9 April 2023   13:45 Diperbarui: 16 April 2023   05:35 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi : google.com

 

            Malam makin larut. Simbok masih berada di dapur, menyelesaikan kue-kue yang akan dijual besok di pasar. Maryam baru saja menidurkan Zahra di ranjang mungilnya. Malam ini, bertepatan dengan peringatan Nuzulul Qur’an di setiap malam 17 Ramadan, adalah malam turunnya Al Qur’an di bumi untuk pertama kali.

            Maryam ingat, anak-anak santri At Taqwa hari ini sangat antusias mendengar cerita tentang peristiwa Nuzulul Qur’an.  Maryam menjelaskan tentang Firman Allah mengenai turunnya Al-Quran saat bulan Ramadhan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (QS. Al Baqarah ayat 185)

            “Siapa nama malaikat yang menjadi perantara diturunkannya Al Qur’an kepada Nabi Muhammad?” tanya Maryam sesaat setelah menjelaskan peristiwa Nuzulul Qur’an kepada anak-anak. Beberapa detik mereka terdiam dan mencoba mengingat-ingat lagi.


            “Malaikat Jibril, Uztadzah,” jawab Farza cepat.

            “Iya, betul sekali. Nuzulul Quran adalah peristiwa turunnya Al Quran dari Allah SWT dengan perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad untuk digunakan sebagai petunjuk bagi umat Islam,” tandas Maryam.

            “Di mana pertama kali Al Qur’an diturunkan?” maryam melanjutkan pertanyaannya.

            “Saya tahu Uztadzah, di Gua Hira,” jawab Nadira sambil menunjukkan jarinya ke atas tanda ijin untuk menjawab.

            “Tepat sekali Mbak Nadira. Al Quran pertama kali diturunkan di Gua Hira, sebelah utara Mekkah, pada 17 Ramadan 610,” ujar Maryam.

            Tanya jawab ini menegaskan bahwa apa yang sudah dijelaskan Maryam diterima dengan baik oleh mereka. Tak terasa waktu berbuka telah tiba. Seperti biasa, anak-anak menyambut buka puasa dengan doa, membatalkan puasa dengan minum dan makan kurma, lalu dilanjutkan  shalat magrib berjamaah. Dan saat yang paling menyenangkan adalah saling berbagi takjil dan makan bersama. Jika mengingat tingkah laku, kepolosan dan kejujuran anak-anak santrinya, ia selalu merasa trenyuh sekaligus bangga, bisa membersamai mereka. Memberikan pondasi akhlak agama yang baik sebagai bekal kelak mereka dewasa nanti.

            “Ya Allah, semoga kelak mereka menjadi generasi  sholeh sholehah, untuk berdakwah di jalanMu, Aamiin,” tanpa sadar air matanya menitik kala mendoakan mereka.

            Setelah memastikan Zahra tidur, Maryam kemudian berjalan ke belakang mengambil wudhu. Malam itu begitu hening dan syahdu, angin berhembus pelan. Sang rembulan tampak sangat indahnya, pesonanya menggetarkan hati Maryam ketika memandangnya.

            “MasyaAllah, begitu Agungnya Engkau Ya Rabb. ‎Allahumma Bariklana fi Syahri Romadhana wa Ballighna Lailatal Qadr wa 'Ibadatan Fiha. Ya Allah, berkahilah kami di bulan Ramadhan ini dan pertemukanlah kami dengan Lailatul Qadr dan beribadah di malamnya. Aamiin,” doa Maryam sambil menengadahkan keduaa tangannya.

            Setelah menggelar sajadah dan  mengenakan mukena, lalu ia mengambil mushaf. Sesaat ia memandangi mushaf, peninggalan Bapaknya. Ia teringat ketika Bapak yang sangat dicintainya berpulang  dua tahun lalu, tepat satu bulan usai  Maryam menikah dengan Mas Tarjo.

            Maryam sedang berada di sekolah saat berita itu sampai di telinganya. Bapaknya dipanggil Sang Maha Kuasa saat menjadi imam shalat dhuhur di masjid At Taqwa. Maryam sungguh tidak pernah menyangka Bapaknya akan berpulang secepat itu. Pagi ketika Maryam berangkat mengajar, Bapak masih dalam kondisi sehat, tidak mengeluhkan apapun. Rupanya Allah lebih mencintai hambaNya, Pak Sofyan dinyatakan meninggal karena serangan jantung pada sujud di rakaat kedua.

            “Allahummaghfir lahum, warhamhum, wa 'afihim, wa'fu 'anhum. Allahumma anzilir rahmata, wal maghfirata, was syafa'ata 'ala ahlil quburi min ahli la ilaha illallahu Muhammadun rasulullah. Ya Allah, berikanlah ampunan, kasih sayang, afiat, dan maaf untuk mereka,” doanya saat mengingat peristiwa itu.

            Pikiranya tiba-tiba melayang. Ia juga teringat Mas Tarjo, suaminya yang belum bisa pulang di hari lebaran nanti. Sebenarnya hatinya perih, namun ia yakin suatu saat nanti Allah akan memberikan hadiah terindah atas kesabarannya selama ini.

            “Allahumma inni ‘abduka wabnu ‘abdika wabnu amatik, naashiyatii biyafik, maadlin fi hukmika, adlun fi qadlaika, as’aluka bikulli ismin huwa laka sammaita bihi nafsak, aw anzaltahu fi kitabik, aw ‘allamtahu ahadan min khalqik, awis ta’tsarta bihi fi ilmil ghaibi ‘indak, an taj’ala qur’ana rabi’a  qalbi wanuura shadri wajalaa’a huzni wadzahaba hammi.

            “ Ya Allah, sungguh aku ini adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, anak dari hamba perempuan-Mu, ubun-ubunku ada di tangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku pada diriku, keputusan-Mu adil terhadapku. Aku memohon kepada-Mu dengan semua nama yang merupakan milik-Mu, nama yang engkau lekatkan sendiri untuk menamai diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang di antara hamba-Mu, atau yang Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau khususkan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu, agar engkau menjadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, penghilang kesedihanku dan pelenyap keresahanku.”

            Malam semakin larut. Maryam merasakan betapa nikmatnya malam ini dengan mushaf di tangan dan bersujud pada Penciptanya. Maryam meneruskan tadarusnya. Akhirnya Maryam menyelesaikan tadarusnya. Lalu ia menengadahkan tangan dan berdoa.  

            “Allhummarhamni bilquran. Waj’alhu lii imaman wa nuran wa hudan wa rohmah. Allhumma dzakkirni minhu maa nasiitu wa ‘allimnii minhu maa jahiltu warzuqnii tilawatahu aana-allaili wa’atrofannahaar waj’alhu li hujatan ya rabbal ‘alamin.”

            “Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam.”

            “Nduk, “ tiba-tiba Simbok menyapa dari balik pintu kamar Maryam yang sedikit terbuka.

            “Dalem Mbok,” jawab Maryam lirih.

            “Belum tidur?” tanya Simbok.

            “Belum Mbok, sebentar lagi,”

            “Tidurlah, istirahatkan badanmu, jangan sampai kesiangan sahur,” kata Simbok mengingatkan.

            “Ya Mbok, Simbok juga istirahat,” sahut Maryam.

            “Alhamdulillah, aku masih dikaruniai orang-orang yang sangat mencintai dan menyayangiku. Masih ada Simbok, Mas Tarjo, anak-anakku di PAUD, santri-santriku di TPQ, dan teman-temanku di desa ini. Terima kasih Ya Rabb,” gumamnya.

            Allah bakal memberikan kabar gembira, petunjuk, berkah, dan rahmat-Nya kepada orang-orang yang sabar. Hal ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 155-157.

~ Yfs ~

Ambarawa, Malam ke 17 Ramadan 1444 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun