Mohon tunggu...
Yosi Wulandari
Yosi Wulandari Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar, penulis, peneliti, pengabdi, dan pembelajar

Yosi Wulandari memiliki motto "Aku adalah Batas Impianku". Merupakan dosen di Universitas Ahmad Dahlan sejak tahun 2014, mengajar pada program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saat ini sedang menempuh pendidikan S-3 di Universitas Gadjah Mada. Penulis aktif menulis kolom opini, cerpen, puisi, cerita sejarah, di beberapa media.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merayakan Puisi dengan Apresiasi

26 Juli 2021   09:00 Diperbarui: 26 Juli 2021   09:01 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terlepas dari alasan penetapan tersebut, tentu dengan adanya perayaan hari puisi Internasional pada tanggal 21 Maret pun turut meramaikan dunia perpuisian di tanah air. Selain meramaikan, tiga kali peringatan hari puisi pun dapat menjadi sarana bagi masyarakat Indonesia menyalurkan bakat puitis dan melepaskan pikiran dari hiruk pikuk permasalah lain. 

Hal ini kita dapat sepakat dengan pendapat Khrisna Pabichara yang dikutip oleh Amel Widya dalam tulisannya berikut "Bagi saya, setiap hari adalah puisi. Dua versi perayaan itu hanyalah perayaan belaka, biar kita lebih gigih mencintai puisi. Sejatinya, puisi mesti dirayakan setiap hari."  Oleh karena itu, hal terpenting yang perlu diambil dalam perayaan ini adalah bagaimana memberikan apresiasi terhadap puisi dan si empunya.

Hari Raya Puisi

Merayakan puisi dengan apresiasi sudah pernah disinggung oleh Ketua Yayasan Hari Puisi, Maman S. Mahayana pada perayaan hari puisi dua tahun lalu. Maman S. Mahayana menyatakan bahwa puisi dapat mempererat renjana ke-Indonesiaan, merayakan kebhinekaan, memperkaya makna toleransi, dan menutup lahirnya ujaran kebencian (Jakarta, 11/7/18). 

Hal tersebut sangat berkaitan dengan kekuatan bahasa pada puisi dan kemampuan puisi menyentuh secara diam-diam. 

Permainan bahasa pada puisi menjadi hal yang substansial sehingga bahasa puisi yang inspiratif dapat memperluas bahasa Indonesia sebagai bahasa dunia. 

Selain itu, kekuatan bahasa pun yang menyuarakan perlunya sastra diajarkan kepada anak-anak. Mungkin dapat kita ingat kembali pesan Umar bin Khattab "Ajarkanlah sastra kepada anak-anak kalian karena sastra dapat mengubah anak yang pengecut menjadi pemberani."

Dengan demikian, dapat dirujuk dengan jelas bahwa merayakan puisi dengan apresiasi adalah bagian dari mendukung program pemerintah pula untuk meningkatkan literasi bagi masyarakat Indonesia.

Selain itu, hari raya puisi adalah bentuk mempelajari puisi dengan kekhusyukan. Puisi dengan kekuatannya yang tersembunyi pun dapat mengajarkan seseorang berbahasa tanpa menyakiti. 

Mengutip nasihat Chairil Anwar "Ada yang tidak diucapkan, sebelum pada akhirnya kita menyerah". Lain dari itu, kekuatan puisi adalah mendokumentasikan dorongan batin yang lahir dengan berbagai cerita. 

Jadi, tentu tidak berlebihan jika hal ini perlu dirayakan. Bahkan, dengan merayakan kita telah menyelamatkan hati dari gelisah yang tak tentu arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun