Di sisi lain, tim pelatih tampak lambat merespon situasi, dan itu cukup fatal. Tidak ada pergantian atau kontrastrategi segera, saat situasi memburuk di awal, padahal di level seperti ini, gerak cepat sangat penting.
Secara taktis, Patrick Kluivert dan timnya juga masih tidak cukup adaptif, karena bersikeras memasang formasi 4-3-3 saat Calvin Verdonk absen, dan secara sembrono bermain terbuka. Padahal, tidak ada yang akan peduli sebuah tim bermain cantik atau punya filosofi keren, di saat hasil akhir menjadi penentu nasib.
Dengan kekalahan 2-3 atas Arab Saudi, jelas ada tekanan besar menuju partai melawan Irak. Kalau bisa menang, harapan untuk setidaknya masuk play-off masih ada.
Tapi, tidak banyak yang bisa diharapkan, di partai Arab Saudi versus Irak, apalagi jika Tim Garuda imbang apalagi kalah melawan Irak. Maka, perlu dilihat seberapa cepat Timnas Indonesia merespon kekalahan dari Arab Saudi dengan hasil positif.
Selebihnya, kekalahan 2-3 atas tim tuan rumah sedikit banyak menjelaskan, betapa tingginya harapan yang ada, dan betapa sakitnya ketika realita berkata sedemikian jujur.
Selama ekspektasi tinggi itu tak diimbangi dengan kesiapan menerima realita, jika tiket lolos ke Piala Dunia 2026 gagal didapat, rasanya ini akan jadi titik awal kehancuran, karena tim sudah terlanjur kena mental sedemikian telak.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI