Jangan lupa, trio lini depan yang dielu-elukan Manchunian juga akan diinterupsi dengan absensi Mbeumo di bulan Desember dan Januari, karena Timnas Kamerun lolos ke Piala Afrika 2025.
Tak cukup sampai disitu, klub juga masih kesulitan melepas Antony dan Jadon Sancho yang bergaji mahal, begitu juga dengan Rasmus Hojlund yang flop. Jadi, belum saatnya rasa optimis melambung tinggi.
Dari segi sistem permainan, gaya main menyerang ala Ruben Amorim juga masih punya titik lemah cukup fatal. Dengan bermain terbuka, kiper dan pertahanan tim secara umum rawan dijebol, sekalipun tim lawan hanya membuat sedikit peluang dan bermain kurang menggigit, seperti dilakukan Arsenal.
Dengan kelemahan seperti itu, jangankan Onana dan Bayindir, kiper sekelas Emiliano Martinez atau Gianluigi Donnarumma sekalipun akan terlihat tampil jelek dan rawan menjadi spesialis blunder berikutnya. Ini bukan masalah soal "siapa kipernya" tapi "bagaimana sistemnya".
Terlepas dari pro-kontra soal kontroversi gol Arsenal, kekalahan dan respon MU setelahnya masih menunjukkan, mereka masih belum melangkah sejauh yang orang kira, karena masih terkesan naif.
Bukan berarti United tak boleh main cantik, tapi kalau mereka terlanjur terbiasa kalah dengan situasi "mati dalam keindahan" (meminjam istilah Romo Sindhunata) dalam frekuensi terlalu sering, rasanya musim 2025-2026 masih akan terasa sulit buat Setan Merah.
Akankah?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI