Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jeda Musim Panas, Menyebalkan Sekaligus Menyenangkan

3 Juli 2025   00:02 Diperbarui: 3 Juli 2025   00:02 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul di atas mungkin terdengar aneh, karena menghadirkan satu paradoks, yang sekilas seperti air dan minyak. Meski begitu, menyebalkan sekaligus menyenangkan memang menjadi gambaran sederhana, soal bagaimana rasa jeda musim panas atau "off season" dalam kompetisi sepak bola di level antarklub, baik liga maupun kompetisi piala.

Bagi yang merasa antusias, mungkin jeda musim panas terasa menyebalkan. Tak ada pertandingan seperti di bulan-bulan lain.

Kalaupun ada, intensitas dan kualitasnya tidak maksimal, karena pertandingan itu sifatnya bukan partai resmi. Entah ujicoba ataupun tur karena agenda klub bersama sponsor, rasanya hambar.

Tak heran, meski hanya berlangsung selama 2-3 bulan, periode jeda musim panas kadang terasa begitu lama. Inilah yang membuatnya tampak menyebalkan.

Uniknya, di balik sisi menyebalkan itu, terdapat sisi menyenangkan, yang membuatnya sangat berguna, setidaknya bagi para penonton dan penikmat si kulit bundar. Sisi menyenangkan itu bahkan menjadi relevan, ketika jadwal pertandingan semakin padat.

Disadari atau tidak, semakin kesini, jadwal pertandingan dalam satu musim kompetisi serasa datang tanpa jeda. Dari yang awalnya sekali sepekan, menjadi 2-3 kali sepekan, bahkan lebih. Benar-benar seperti sinetron kejar tayang.

Memang, antusiasme tinggi dan adrenalin yang terpompa naik secara konstan, di setiap kesempatan, biasa menjadi bahan bakar paling umum, yang menjaga rasa senang tetap hidup. Masalahnya, semakin ke sini, sepak bola semakin bergeser menjadi industri yang eksploitatif.

Demi mengeruk cuan sebanyak mungkin, antusiasme penonton benar-benar dimanfaatkan sampai kering. Tak peduli kondisi ekonomi sulit atau tidak, harga tayangan berbayar terus naik tiap tahun.

Tak ada lagi ruang bernafas, selain di masa libur kompetisi, karena jam tayang pertandingan terlalu malam dan terlalu sering. Entah kebetulan atau bukan, penonton seperti terus dipaksa menikmati pertandingan, bahkan saat sudah merasa cukup.

Padahal, seperti halnya para pemain, ada saatnya para penonton ingin lepas sejenak dari hiruk-pikuk pertandingan. Mereka perlu satu momen jeda, untuk sebatas mengisi "baterai" semangat dan antusiasme yang terkuras setelah musim kompetisi yang panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun