Liga Europa telah mencapai babak semifinal. Dari empat tim yang lolos, dua diantaranya berasal dari Inggris, yakni Tottenham Hotspur dan Manchester United. Dua tim lain adalah FK Bodo/Glimt (Norwegia) dan Athletic Bilbao (Spanyol).
Dari keempat tim ini, terdapat situasi kontras. Dimana, FK Bodo/Glimt dan Athletic Bilbao berpeluang finis di papan atas liga domestik, dan lolos ke Liga Champions musim 2025-2026, sementara Manchester United dan Tottenham Hotspur terjebak di papan tengah klasemen Liga Inggris, sehingga hampir mustahil berangkat ke kompetisi antarklub Eropa dari jalur liga domestik.
Dengan situasi seperti itu, terdapat satu kontradiksi lain, yang membuat warna keempat tim menjadi sangat berbeda. Athletic Bilbao dan FK Bodo/Glimt ingin mengejar kesempatan juara Liga Europa, untuk "melengkapi" musim yang oke di liga domestik, sementara Manchester United dan Tottenham Hotspur melihat trofi Liga Europa sebagai "penyelamat" musim yang kacau di Liga Inggris.
Situasi Tottenham dan United mungkin membuat kompetisi kasta kedua antarklub Eropa ini terasa sangat pragmatis, karena sudah dilihat hanya sebagai "jalur alternatif" menuju Liga Champions. Tapi, pandangan pragmatis ini justru menjadi alasan, kenapa dua tim pesakitan Liga Inggris ini bisa melangkah jauh.
Diluar jurus "the power of kepepet", yang antara lain menciptakan momen dramatis di laga leg kedua Manchester United vs Olympique Lyon (Prancis) kedua tim memang sudah membangun modal performa positif sejak babak penyisihan alias fase liga.
Terbukti, baik The Lilywhites maupun The Red Devils sama-sama mampu finis di posisi delapan besar fase liga. Alhasil, keduanya langsung lolos ke babak 16 besar.
Dengan modal performa ini, mereka sama-sama punya kepercayaan diri dan "aura" berbeda di kompetisi "liga malam jumat". Jadi, tidak mengejutkan kalau kedua tim akan memasang target sebatas lolos dari degradasi di Liga Inggris, karena akan berusaha habis-habisan di Liga Europa.
Untuk situasi seperti ini, Manchester United sudah punya pengalaman sukses di musim 2016-2017. Kala itu, tim yang diasuh Jose Mourinho berhasil lolos ke Liga Champions sebagai juara Liga Europa, meski gagal finis di posisi empat besar Liga Inggris.
Kebetulan buat tim Setan Merah makin sempurna, karena Ruben Amorim, pelatih mereka saat ini, juga berasal dari Portugal, seperti halnya Jose Mourinho dulu.
Tapi, di balik sisi pragmatis dua tim Inggris, terselip sisi romantis yang bisa diciptakan Athletic Bilbao dan FK Bodo Glimt, yang mencapai semifinal dengan menyingkirkan tim-tim kuat.
Bilbao, yang finis di posisi delapan besar fase liga, berhasil mengalahkan AS Roma (Italia) dan Glasgow Rangers (Skotlandia) untuk menantang Manchester United di semifinal.
Meski kurang diunggulkan, Nico Williams dkk tetap punya motivasi lebih, karena laga final akan dilangsungkan di Stadion San Mames, yang notabene merupakan kandang mereka sendiri. Mencapai final kompetisi antarklub Eropa, bermain, bahkan mengangkat trofi juga di kandang sendiri, tentu akan terasa spesial.
FK Bodo Glimt, yang diatas kertas paling tidak diunggulkan, sebenarnya sudah menciptakan satu dongeng era modern versi mereka sendiri. Inilah satu capaian terjauh klub dari kawasan Skadinavia, di kompetisi antarklub Eropa era modern.
Memulai di babak play-off sebelum akhirnya menantang Tottenham Hotspur di semifinal, tim asuhan Kjetil Knutsen mampu mengalahkan FC Twente (Belanda) yang diperkuat Mees Hilgers, bek Timnas Indonesia, Olympiacos (Yunani, juara UEFA Conference League musim 2023-2024) dan Lazio (Italia). Sebuah kisah perjalanan tim nonunggulan, yang bisa menjadi kisah epik, jika semuanya berjalan lancar.
Meski paradoksal, semifinal Liga Europa mampu menghadirkan satu situasi menarik, yang belakangan mulai kering di era sepak bola industri, yakni kehadiran tim-tim nonunggulan, yang bahkan mampu menumbangkan lawan lebih kuat.
Menarik dilihat, siapa yang pada akhirnya akan tersenyum paling akhir.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI