Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah

31 Maret 2023   17:40 Diperbarui: 31 Maret 2023   17:42 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka punya "cancel culture" yang belakangan cukup kuat, dan terbukti mampu memengaruhi banyak hal. Sekali kena boikot, ruwet efeknya.

Hal-hal skala lokal saja bisa kena "cancel culture", apalagi insiden di event kelas internasional. Jangan lupa, ssluruh dunia sudah melihat batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20.

Jadi, ini tidak bisa dilupakan begitu saja. Apalagi, sejarah sudah mencatat. Untuk pertama kalinya, Indonesia gagal tampil meski lolos sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, hanya karena politisasi olahraga.

Suka atau tidak, ini akan jadi satu memori kolektif, dan bukan kejutan jika parpol atau politisi yang ikut andil nanti akan dapat balasannya di Pemilu 2024, yang tinggal kurang dari setahun lagi.

Di sisi lain, jika angka golput Pemilu sampai meningkat karena ini, tidak ada yang bisa disalahkan. Masyarakat hanya enggan untuk memilih, karena tidak ada pilihan yang benar-benar pantas dipilih.

Mungkin, inilah hasil dari ekstremisme di politik nasional (entah itu nasionalis maupun agamis) yang membuat suasana menjadi tidak sehat, karena terlalu banyak menciptakan kegaduhan tak perlu.

Apa boleh buat, politik yang seharusnya bisa mengedukasi dan mencerdaskan masyarakat justru jadi satu alat pembodohan publik. Memalukan.

Di sini, olahraga, dalam hal ini sepak bola, telah membuka semuanya, dan secara cepat mengedukasi masyarakat, khususnya pecinta sepak bola, untuk bersikap bagaimana kepada mereka yang sudah membuat malu nama negara di mata dunia.

Tidak perlu membalas secara fisik atau verbal, cukup hilangkan "suara" yang selama ini jadi pijakan mereka untuk berkuasa, supaya mereka bisa menyadari, masyarakat tidak sepolos yang mereka kira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun