Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

PSG di Titik Jenuh

14 Maret 2022   12:36 Diperbarui: 14 Maret 2022   12:48 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leonardo Araujo dan Nasser Al Khelaifi (Getty Images via BBC.co.uk)

PSG juga sering bernasib apes di Eropa, karena kerap tumbang akibat kena comeback. Sebelum ditendang Real Madrid baru-baru ini, mereka sempat jadi korban "remontada" Barcelona (2017) dan Chelsea (2014).

Di fase grup, Marquinhos dkk memang perkasa, tapi di fase gugur lain cerita. Ini masih menjadi masalah, karena sang bos kurang fokus dalam membangun tim dari dalam.

Dalam hal membangun tim, Al Khelaifi terlihat masih fokus pada "mengoleksi pemain bintang", layaknya bermain di game. Untuk urusan ini, Leonardo Araujo selaku direktur teknik klub memang bisa membantu, karena terbukti handal dalam bernegosiasi.

Masalahnya, punya banyak pemain bintang dalam satu tim pasti memusingkan buat pelatih, karena ia akan kesulitan memadukan ego pemain bintang menjadi satu kesatuan.

Leonardo Araujo dan Nasser Al Khelaifi (Getty Images via BBC.co.uk)
Leonardo Araujo dan Nasser Al Khelaifi (Getty Images via BBC.co.uk)
Di PSG sendiri, masalah ini sempat mengemuka, antara lain saat Neymar kedapatan berebut tendangan penalti dengan Edinson Cavani.

Inilah satu masalah lain, yang akhirnya membuat PSG masih saja gagal di Eropa. Tim ini kuat tapi tidak solid, karena belum ada gambaran spesifik dalam hal rancangan taktik, gaya bermain, atau rencana jangka panjang.


Padahal, klub raksasa Ligue 1 ini juga dikenal punya akademi cukup bagus di Negeri Anggur, dengan Nicolas Anelka (eks pemain Arsenal, Chelsea dan Real Madrid) sebagai salah satu alumnus terkenal.

Dari sisi pencarian bakat, tim ini juga cukup mumpuni dalam menemukan atau mengorbitkan pemain muda berbakat, dengan Ronaldinho sebagai contoh paling populer. Seperti diketahui, PSG adalah klub tempat legenda Brasil ini bermain, sebelum menjadi bintang dan mentor Lionel Messi di Barcelona,

Memang, belakangan masih ada produk akademi yang potensial, tapi tidak banyak yang benar-benar menjadi pemain reguler, kecuali Presnel Kimpembe.

Selebihnya, mereka lebih sering jadi cadangan atau memilih hengkang ke klub lain, seperti pada kasus Kingsley Coman, (Bayern Munich) yang ironisnya menjebol gawang PSG, saat mereka takluk di final Liga Champions musim 2019/2020.

Ini berbeda dengan Manchester City atau Chelsea, yang masing-masing sudah punya rencana jangka panjang, dengan memadukan pemain muda dan pemain jadi, lengkap dengan pendekatan masing-masing, termasuk dukungan kuat di balik layar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun