Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Dua Sisi "Pratama Arhan Effect"

19 Februari 2022   14:36 Diperbarui: 19 Februari 2022   14:38 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pratama Arhan Effect (Tribunnews.com)

Logikanya sederhana, selain karena menguntungkan secara bisnis, karena popularitas di sosmed bisa menarik minat sponsor, kemampuan si pemain juga bisa bermanfaat secara teknis. Nilai plus itu juga akan bertambah, jika terbangun image "pemain Indonesia tidak banyak tingkah" di mata klub.

Jika ternyata tidak semulus harapan awal, sebaiknya para warganet yang jadi "fans dadakan" ini perlu memahami dulu situasinya, dan tak segan memberi masukan buat si pemain. Jadi, mereka tidak akan asal "menyerbu" kolom komentar akun klub.

Ini penting, karena tingkah warganet kita bisa menentukan image yang didapat klub di media sosial. Jika imagenya negatif, karena trafik akun media sosial klub didominasi oleh komentar-komentar negatif, sponsor juga akan menjauh.

Klub pun akan enggan merekrut pemain Indonesia, karena warganetnya terlalu mengatur. Padahal, dimainkan atau tidak, keputusan akhir sepenuhnya bergantung pada keputusan pelatih, berdasarkan performa si pemain di sesi latihan, dan seberapa baik kondisi terkininya.

Satu hal yang perlu diingat, Pratama Arhan datang ke Jepang bukan sebagai "pemain titipan", tapi karena memang sudah dipantau langsung klubnya sejak tahun lalu. Kepantasan inilah yang masih harus dibuktikan di lapangan dan sesi latihan, bukan di kolom komentar.

Selain berkaitan dengan warganet kita, satu hal lain yang perlu diperhatikan adalah, apakah federasi sepak bola negara asal (PSSI) terlalu "ribet" atau tidak.

Dalam artian, setiap kali Timnas Indonesia akan bertanding (di turnamen yang tidak masuk kalender FIFA) perlu dilihat apakah PSSI masih akan ribet melobi klub untuk melepas si pemain atau tidak.

Jika ya, ini bisa jadi perseden buruk di masa depan, karena klub bisa saja akan memilih pemain dari negara lain, yang federasinya tidak banyak tingkah.

Kebetulan, liga Jepang juga memberikan slot khusus untuk pemain asal Asia Tenggara. Makanya, Chanatip Songkrasin (Thailand) bisa bermain di kasta tertinggi liga Jepang. Sebelumnya ada juga Theerathon Bunmathan (Thailand) dan Chan Vatanaka (Kamboja) yang sudah mencicipi kompetisi Liga Jepang.

Otomatis, peluang pemain Indonesia merantau di masa depan akan mengecil, karena PSSI terlanjur punya reputasi buruk di mata klub-klub luar negeri.

Maka, di sinilah peran warganet kita yang jumlahnya sangat banyak itu dibutuhkan sebagai alat kontrol. Jadi, ada "rem" jika PSSI masih bertingkah. Di sisi lain, kita juga perlu melihat, apakah ke depannya ini bisa jadi bumerang atau justru bermanfaat secara umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun