Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Terima Kasih, Thailand!

30 Desember 2021   11:29 Diperbarui: 31 Desember 2021   15:06 3779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Indonesia Ricky Richardo Kambuaya (tengah) mengontrol bola melewati pemain Thailand Tristan Do (kiri) dan Weerathep Pomphun pada pertandingan leg pertama final Piala AFF 2020 antara Indonesia vs Thailand di National Stadium, Singapura, Rabu (29/12/2021) malam WIB. Timnas Indonesia takluk 0-4 dari Thailand pada laga leg pertama final Piala AFF 2020.(AFP/ROSLAN RAHMAN via KOMPAS.com)

Judul di atas mungkin terdengar agak sarkastik, tapi inilah yang perlu saya ucapkan, seturut kemenangan Thailand atas Indonesia di leg pertama babak final Piala AFF 2020, Rabu (29/12).

Tak perlu menjelaskan, apalagi beralasan terlalu panjang lebar, lawan yang dihadapi Tim Garuda kali ini memang unggul di semua aspek. Operan akurat, skema permainan rapi, penyelesaian akhir bagus, kerja sama tim pun kompak.

Mereka tahu apa yang harus dilakukan, dan kapan harus menyerang atau bertahan. Skor 4-0 sudah cukup menjelaskan semuanya.

Dimulai dari gol cepat Chanathip Songkrasin di menit ke 2, gol-gol lainnya seperti tinggal menunggu waktu, karena tim asuhan Alexandre Polking bermain dominan. Dimotori Chanathip Songkrasin dan Supachok Sarachat di lini tengah, Thailand memang bermain dengan sangat nyaman.

Saking nyamannya, mereka dengan leluasa mengganti kiper, sektor paling tidak sibuk di pertandingan itu, seperti laga uji coba saja.

Dominasi Changsuek membuat Indonesia menderita sepanjang pertandingan. Jangankan menembak apalagi  mencetak gol, bertahan saja sudah sangat kesulitan.

Satu hal yang membuat saya berterima kasih adalah, Timnas Thailand tampil lugas, dan mampu "membangunkan" publik sepak bola nasional dari euforia belakangan ini.

Dimulai dari hasil imbang tanpa gol melawan Vietnam, plus kemenangan atas Singapura dan Malaysia, euforia seperti tak terbendung, seperti sudah juara dunia saja.

Padahal, lolos ke final sebenarnya belum menjamin status juara pasti di tangan. Malah, final adalah momen kritis, yang bisa membuat semua berantakan dalam sekejap, khususnya jika kewaspadaan sampai hilang.

Celakanya, inilah yang terjadi pada publik sepak bola nasional. Atas nama optimisme dan nasionalisme banal, fakta bahwa Tim Gajah Perang sudah tiga kali mengalahkan Indonesia di final Piala AFF langsung ditepikan.

Gawatnya lagi, prediksi rasa ekspektasi masih saja ada. Ironisnya, di saat bersamaan, publik Thailand malah sudah merasa optimis duluan, karena mereka tahu, siapa dan bagaimana karakter Timnas Indonesia.

Sebuah sikap sombong yang lebih tepat disebut "tahu diri", karena mereka sudah tahu kekuatan sendiri dan kelemahan lawan. Soal lolos ke final Piala AFF 2020, publik Thailand sendiri gembira, tapi tidak sampai euforia.

Untuk level Asia Tenggara, kita harus jujur mengakui, Thailand masih lebih superior dibandingkan Indonesia. Mereka tak hobi bongkar pasang pemain, meski hobi berganti pelatih, karena punya sistem permainan yang dipegang teguh sejak 10-15 tahun lalu.

Ini jelas bukan tandingan tim yang baru efektif terbentuk dan menjalankan sistem selama setahun terakhir.

Di masa pandemi, kompetisi domestik Negeri Gajah Putih tetap berjalan, walau hanya satu putaran. Di saat bersamaan, kompetisi domestik di Indonesia harus vakum karena keadaan begitu ruwet ditambah pemangku kepentingan yang terkesan ogah-ogahan, tapi gemar tampil di barisan paling depan, saat Timnas Indonesia lolos ke final.

Dari perbedaan itu saja, wajar kalau di leg pertama final Piala AFF 2020, Timnas Indonesia seperti diajari "cara bermain bola yang baik dan benar" oleh Teerasil Dangda dkk. Jempol netizen kita mungkin ganas di dunia maya, tapi di lapangan hijau, fakta sudah berbicara dengan gamblang.

Ini menunjukkan, seberapa jauh perbedaan aktual kualitas kedua tim, dan menjadi satu alasan, mengapa Timnas Indonesia belakangan agak dianggap remeh di Asia Tenggara. Satu kenyataan pahit yang kini harus diterima dan jadi bahan introspeksi.

Lupakan soal leg kedua atau harapan meraih trofi. Selama lolos ke final Piala AFF saja masih disambut dengan euforia gila-gilaan, selama itu juga Timnas Indonesia akan melempem di final, karena kita terbiasa "cepat puas" walau semua masih belum selesai.

Dengan skor 4-0 di leg pertama, hanya keajaiban tingkat sangat tinggi saja yang bisa membantu Timnas Indonesia membalikkan keadaan. Pahit, tapi inilah alasan mengapa kita layak berterima kasih kepada Timnas Thailand, karena performa bagus mereka sudah membangunkan publik sepak bola nasional, dari euforia lolos ke final Piala AFF 2020.

Inilah saat yang pas, untuk kita mulai membiasakan diri menjadi lebih "realistis" dan "sadar diri". Jika tidak, sepak bola nasional akan semakin tertinggal di masa depan, bahkan di level Asia Tenggara sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun