Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Serba-serbi Kain Tenun Khas Rote Ndao

25 November 2021   00:25 Diperbarui: 25 November 2021   00:29 2975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain Tenun Khas Rote Ndao (Sumber gambar: Kompas.com)

Bicara soal destinasi wisata di Nusa Tenggara Timur, kebanyakan orang tentu akan langsung menyebut Pulau Komodo atau Labuan Bajo sebagai destinasi populer. 

Benar, dua lokasi ini memang sudah populer sampai ke mancanegara, tapi, masih ada destinasi wisata lain yang tak kalah menarik, salah satunya berada di Pulau Rote.

Di pulau paling selatan Nusantara ini, terdapat satu destinasi wisata budaya, yakni sentra kerajinan tenun Kampung Ndao, yang terletak di Ba'a, ibukota kabupaten Rote Ndao. 

Di kampung ini, mayoritas penghuninya merupakan penduduk Pulau Ndao yang menetap di Pulau Rote. Mereka umumnya berprofesi sebagai pengrajin kain tenun. 

Kain tenun khas Rote Ndao telah ada sejak ratusan tahun silam, dan merupakan satu warisan budaya turun-temurun masyarakat setempat.

Sebelum mengenal kapas, benang kain tenun dibuat dari bahan serat pohon gewang (disebut juga lontar atau gebang). Dalam hal pewarnaan, pada mulanya bahan yang biasa digunakan adalah pewarna tradisional seperti mengkudu, tarum, kunyit, dan lain sebagainya.

Belakangan, karena pertimbangan kepraktisan, bahan zat pewarna tekstil cenderung lebih banyak digunakan ketimbang pewarna tradisional.

Sebagai perbandingan, proses pembuatan kain tenun bisa memakan waktu hingga 1 tahun, dengan metode pengolahan dan bahan tradisional. Jika menggunakan bahan kain tekstil dan metode modern, durasinya hanya berkisar satu bulan.

Sebelum adanya tali rafia, pengikatan motif biasanya menggunakan tali dari daun gewang. Tali dari daun gewang terbagi dua jenis warna, yakni putih dan coklat. Kain berwarna putih (halus) biasa digunakan untuk tenun ikat dan yang berwarna coklat (kasar) sebagai tali untuk kebutuhan sehari-hari).

Motif terbentuk karena adanya teknik pewarnaan dengan bahan-bahan alami yang unik. Orang Rote sudah dapat menghasilkan warna tenunan yang tidak luntur dengan ramuan yang disebut Pama`a. Pama`a adalah air rendaman abu dari kulit buah nitas (disebut juga buah kepuh atau kelumpang) yang dibakar.

Produk tenun yang dihasilkan berupa sarung yang disebut Lambi Tei (digunakan perempuan) dan selimut yang disebut Lafe Tei (digunakan laki-laki). Keduanya biasa dipakai baik sebagai pakaian harian maupun pakaian pesta.

Awalnya, kain tenun Rote Ndao hanya mempunyai empat corak warna klasik, yakni hitam, merah, putih dan kuning. Seiring perkembangan zaman, kain tenun Rote mengalami modifikasi, sehingga kini memiliki beragam corak dan warna

Berikut beberapa jenis motif Kain Tenun Rote Ndao yang terkenal:

  • Motif Lafa Langgak.  Merupakan ciri khas umum tenun Rote. Berupa kepala selimut yang memuat lambang kombinasi dari lilin dan salib. Maknanya berhubungan dengan agama yang banyak dianut masyarakat lokal.
  • Motif Henak Anan. Bermakna anak pandan, berasal dari Rote Barat. Terinspirasi dari buah pandan. Motifnya berbentuk daun atau jajar genjang.
  • Motif Lamak Nen. Merupakan corak bentuk anak belalang dan dedaunan di sekitar tempat berladang. Berasal dari Rote Timur
  • Motif Ngganggu Dok. Menggambarkan daun kangkung dan daun daun kecil lain yang biasanya menjadi makanan belalang, bercorak bentuk mirip dengan Motif Lamak Nen.
  • Motif Hua Ana Langi. Bergambar ikan gargahing (ikan kuwe atau cuwe). Motif spesial karena dianggap keramat. Tidak boleh dipakai rakyat biasa. Bila ada yang ketahuan mengenakannya, kain tenun tersebut akan langsung dimusnahkan dengan cara dipotong kecil-kecil lalu dibakar
  • Motif Roa`ju atau Su`u Dok. Berupa motif daun-daun besar yang dalam bahasa Ndao disebut roa`ju, sedangkan dalam bahasa Ba`a disebut su`u dok. Bentuk motif ini terinspirasi dari bentuk daun sukun,  makanan pokok rakyat Ba'a pada masa kolonial.
  • Motif Pending. Motif ini berbentuk pending yakni ikat pinggang tradisional khas Rote
  • Motif Mada Karoko. Berupa gambar landak laut alias bulu babi.

Kain tenun bukan hanya digunakan sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga memiliki arti dan peranan penting dalam banyak aspek kehidupan masyarakat tradisional Rote Ndao.

Dalam upacara perkawinan adat Rote, kain tenun digunakan sebagai kelengkapan busana pengantin, barang antaran dan penutup tempat sirih saat meminang gadis.

Saat upacara kematian, kain tenun dipakai untuk menutup jenazah. Ada juga kain tenun yang dibentangkan di bagian bawah plafon rumah, untuk menaungi tempat tidur jenazah. Saat jenazah diangkat keluar rumah untuk dimakamkan, kain tenun yang dibentangkan tersebut diambil kembali, dan disimpan oleh kepala suku.

Bagi masyarakat tradisional Rote Ndao, menenun merupakan keahlian yang wajib dimiliki oleh seorang wanita. Kedewasaan wanita Rote tak hanya diukur oleh usia, melainkan juga dari kemampuannya mengikat motif, mencelup dan menenun. Jika keahlian tersebut sudah dikuasai, maka wanita tersebut dianggap sudah dewasa, dan pantas untuk berumah tangga.

Di samping itu, kain tenun juga mencerminkan status sosial seseorang. Pada masa lampau, orang Rote Ndao dapat mengetahui apakah seseorang merupakan raja, kaum bangsawan, panglima perang, atau rakyat biasa dari corak dan hiasan pada kain tenun yang dipakai.

Saat ini, pemakaian kain tenun tak lagi mengacu pada status sosial. Kain tenun memang masih dipakai pada upacara-upacara adat, tapi kain tenun kini sudah banyak diproduksi sebagai oleh-oleh, seperti tas, aksesoris dan ikat kepala. Keunikan inilah yang kemudian diberdayakan menjadi satu potensi pariwisata di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun