Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dua Lawan

30 Oktober 2021   05:19 Diperbarui: 30 Oktober 2021   05:33 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (istockphoto.com)

Awalnya, sikap diam ini membuatku diserang habis-habisan. Aku ingat, bagaimana cap "pelit" itu tersemat seenaknya. Sebuah sikap toksik yang memuakkan. Syukurlah, semesta masih mau berbaik hati menuntun, dan membantu sesuai porsi, seperti biasanya.

Dengan lugasnya, semesta menuntun dan menunjukkan jalan. Ada saja kelebihan berkat yang bisa dibagikan. Entah itu dari hadiah, atau yang lainnya. Sederhana, tapi selalu datang di saat yang tepat.

Dikte memang masih saja hobi mencela dalam bungkus kritik. Nyatanya, keadaan membuatnya sekali lagi terdiam. Siapa sangka, keadaan berbalik, membantah semua cap berikut asumsi piciknya.

Ini memang bukan pertama kalinya semesta berkenan menuntun, tapi rasa syukur dan takjubnya selalu sama. Semesta selalu punya cara jenius untuk menelanjangi kepicikan, sekalipun kepicikan itu terlihat tanpa cela.

Selalu menyenangkan melihat sikap picik terdiam, karena sikap diam si picik adalah satu pujian darinya. Aku tak pernah takut menghadapinya, selama semesta berkenan menuntun.

Satu lagi lawan paling menjengkelkan bagiku adalah sikap demonstratif. Dia kadang bekerjasama dengan dikte, untuk membuat suasana menjadi toksik.

Sikap demonstratif ini biasanya rutin bangun pagi, sambil setiap hari menyetel keras-keras dan membagikan siaran ibadah di rumah. Sekali lagi, aku memilih diam, karena ini terlihat seperti satu sikap sombong.

Ada begitu banyak orang yang bangun bahkan sebelum subuh datang, mengerjakan pekerjaan dalam senyap. Ada yang melanjutkan aktivitasnya setelah selesai, dan ada yang memilih tidur lagi karena lelah, sebelum akhirnya melanjutkan beraktivitas setelah istirahat.

Wajar kan?

Soal menyetel keras-keras dan membagikan siaran ibadah di rumah dan membagikannya, ini jelas salah kaprah, bonusnya, polusi suara.
Tak ada yang perlu dipamerkan, karena ini adalah urusan spiritual. Kalau tujuannya memang pamer, sebaiknya jangan dilakukan.

Sesuai namanya, urusan spiritual seharusnya bukan untuk dilihat dari luar, karena memang bukan itu tujuannya. Aku memilih untuk tidak menontonnya, karena meski masih satu akar, itu berasal dari keyakinan berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun