Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Newcastle United dan Jejak Taipan Timur Tengah di Klub Eropa

9 Oktober 2021   01:20 Diperbarui: 9 Oktober 2021   02:01 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pangeran Mohammed bin Salman, bos baru Newcastle United (Talksport.com)

Setelah melalui proses cukup panjang sejak setahun lalu, pada Kamis (8/10), Newcastle United resmi berganti pemilik, dari Mike Ashley ke konsorsium Arab Saudi, Public Investment Fund milik Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman (36).

Konsorsium yang yang diperkirakan memiliki kekayaan bersih mencapai 320 miliar pounds (Rp6,1 kuadriliun) ini menggelontorkan dana 300 juta pounds untuk membeli 80 persen saham kepemilikan The Magpies.

Kabar ini tentu menjadi satu kejutan besar bagi pecinta sepak bola, karena seorang "calon Sultan" betulan telah hadir, dengan kekayaan luar biasa besar. Kekayaan sang pangeran bahkan jauh melebihi Sheikh Mansour (Manchester City, 23 miliar pounds), Roman Abramovich (Chelsea, 9,6 miliar pounds) dan Nasser Al Khelaifi (PSG, 6,5 miliar pounds) tiga pemilik klub yang dikenal cukup royal berbelanja pemain.

Karenanya, banyak pihak yang langsung memprediksi, The Toon Army akan melakukan perombakan tim secara besar-besaran. Sejumlah nama seperti Kylian Mbappe, Raheem Sterling, dan Ousmane Dembele mulai dikaitkan dengan era baru klub rival bebuyutan Sunderland ini.

Mereka, bersama sejumlah bintang lainnya, jadi target potensial, karena kontraknya akan kadaluarsa di akhir musim 2021/2022. Jadi, harganya akan lebih terjangkau, bahkan bisa gratis jika kesepakatan bisa dicapai di akhir musim.

Di kursi pelatih, nama-nama beken seperti Zinedine Zidane dan Antonio Conte juga mulai dikaitkan. Kebetulan, mereka saat ini sama-sama berstatus tanpa klub. Belakangan, nama Steven Gerrard (pelatih Glasgow Rangers) dan Frank Lampard (eks pelatih Chelsea) juga dikaitkan.

Dengan melihat kemampuan finansial luar biasa dari sang pangeran, prediksi ini memang masuk akal. Gaji? Seharusnya bukan masalah.

Soal keberlanjutan proyek di Stadion Saint James Park, bisa dipastikan, sang pemilik baru tak hanya numpang lewat. Kebetulan, pembelian saham Newcastle United merupakan satu bagian dari program "Vision 2030" yang dicanangkan pemerintah Arab Saudi, dengan merambah ke berbagai bidang, salah satunya olahraga.

Program ini merupakan satu upaya mereka, untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Sebelumnya, program serupa sudah lebih dulu diterapkan oleh Uni Emirat Arab (antara lain lewat Sheikh Mansour di Manchester City dan City Football Group) dan Qatar (antara lain lewat Nasser Al Khelaifi di PSG).

Nasser Al Khelaifi dan Sheikh Mansour, bos PSG dan Manchester City (Goal.com)
Nasser Al Khelaifi dan Sheikh Mansour, bos PSG dan Manchester City (Goal.com)
Kisah di kota Paris dan Manchester memang menjadi cerita sukses. Dua tim yang tadinya terjerat krisis keuangan, pelan-pelan bertransformasi menjadi tim kuat bertabur bintang.

Di tingkat domestik, Les Parisiens dan The Eastland sama-sama mampu meraih gelar juara, dan rutin lolos ke Eropa. Mereka bahkan sudah sama-sama pernah lolos ke final Liga Champions.

Cerita sukses keduanya jelas menjadi satu inspirasi, mengapa sang pangeran Arab Saudi mengambil alih klub kontestan Liga Inggris. Tapi, ada juga cerita gagal dari pemilik klub Eropa asal Timur Tengah.

Di Inggris, ada Pangeran Abdullah, yang memegang separuh kepemilikan Sheffield United sejak tahun 2013. Pangeran Arab Saudi ini memang membantu The Blades promosi ke kasta tertinggi pada tahun 2019, mencapai semifinal Piala Liga Inggris musim 2014/2015.

Tapi, segera setelah finis di posisi sepuluh besar Liga Inggris musim 2019/2020, rival sekota Sheffield Wednesday langsung terdegradasi di musim berikutnya. Di sini, kendali kepemilikan yang tidak penuh dan kesalahan dalam rekrutmen pemain baru menjadi penyebab mereka finis sebagai juru kunci klasemen.

Sebelumnya, kasus lebih tragis juga terjadi di Inggris pada musim 2009/2010, tepatnya di Portsmouth. Klub ini sempat dua kali dipegang oleh pebisnis asal Timur Tengah, yakni Sulaiman Al Fahim (Uni Emirat Arab) dan Ali Al Faraj (Arab Saudi).

Sulaiman Al Fahim, eks pemilik Portsmouth (BBC.co.uk)
Sulaiman Al Fahim, eks pemilik Portsmouth (BBC.co.uk)
Meski saat itu mampu menembus final Piala FA, manajemen yang buruk membuat keuangan klub bermasalah, bahkan sampai menunggak gaji pemain. Di akhir musim, mereka finis di posisi juru kunci klasemen Liga Inggris. Saat ini, klub berjuluk The Pompey berkompetisi di League One, kompetisi kasta ketiga Liga Inggris.

Beralih ke Spanyol, taipan asal Timur Tengah juga sempat menghadirkan kejutan di Malaga, saat diambil alih oleh Sheikh Abdullah Al Thani (anggota keluarga kerajaan Qatar) pada tahun 2010.

Di bawah komandonya, klub Andalusia yang tadinya paling bagus hanya finis di papan tengah klasemen La Liga Spanyol, mampu lolos ke Liga Champions musim 2012/2013.

Bermaterikan pemain macam Joaquin Sanchez, Martin Demichelis dan Isco, klub asuhan Manuel Pellegrini sukses menembus perempat final Liga Champions. Inilah penampilan tunggal mereka di ajang Liga Champions hingga sekarang.

Meski sempat digadang-gadang sebagai kekuatan baru, bencana malah datang setelahnya. Sang pemilik yang awalnya sangat berambisi pelan-pelan menjadi setengah hati.

Sheikh Abdullah Al Thani, bos Malaga (Malagacf.com)
Sheikh Abdullah Al Thani, bos Malaga (Malagacf.com)
Eksodus besar-besaran pun tak terhindarkan, karena kondisi keuangan klub menjadi bermasalah, akibat tak lagi disokong sang taipan. Los Boqueros pun kembali mengalami penurunan, dan saat ini berkompetisi di kasta kedua Liga Spanyol, meski saham mayoritasnya masih dipegang oleh Sheikh Abdullah Al Thani.

Kehadiran Pangeran Mohammed bin Salman di Newcastle United, resmi menambah panjang catatan kiprah taipan asal Timur Tengah di klub Eropa.

Dengan kekayaannya yang luar biasa, harapan fans The Toon Army tentu akan sangat besar. Mereka bisa saja berharap, klub berseragam zebra ini bisa menjadi Manchester City atau PSG berikutnya.

Tapi, cerita muram di Sheffield United, Portsmouth dan Malaga tentu jadi satu peringatan tersendiri. Apalagi, di awal musim ini, performa klub Tyneside masih jauh dari meyakinkan, dengan tanpa kemenangan di tujuh laga awal Liga Inggris.

Maka, perlu dipastikan, sang pemilik baru punya komitmen serius dalam jangka panjang. Jika benar begitu, ini adalah awal masa cerah klub, yang pernah jadi klub papan atas Liga Inggris di akhir tahun 1990-an sampai awal 2000-an, saat Alan Shearer menjadi bintang utama.

Jika tidak, kedatangan sang pangeran Arab Saudi hanyalah awal dari masa sulit klub. Untuk saat ini, semua memang belum bisa dilihat, dan baru bisa mulai dilihat setidaknya dalam 3-4 tahun ke depan.

Menarik ditunggu, bagaimana kiprah era baru Newcastle United di bawah komando sang pemilik superkaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun