Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Kata "Semangat" Menjadi Toksik

29 Juli 2021   17:46 Diperbarui: 29 Juli 2021   17:53 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya sendiri pernah merasakan betapa merusaknya efek "semangat" yang toksik ini. Saking kacaunya, saya sampai harus berkonsultasi dengan psikolog, untuk mengevaluasi keadaan, dan mengambil langkah selanjutnya.

Waktu itu, masalah ini datang, bersamaan dengan seabrek masalah lain di berbagai sisi. Di sisi lain, saya juga melihat sekilas masalah ini, saat mengikuti program pelatihan magang jangka pendek di sebuah komunitas disabilitas.

Sebuah "culture shock" buat saya, karena semasa sekolah dan kuliah dulu, meski menjadi "minoritas" secara kondisi fisik, saya justru dibiarkan berproses, sama seperti yang lain.

Kalaupun ada kata pelecut yang terucap, kata itu bukan "semangat", tapi "tetap semangat". Sederhana, tapi menguatkan.

Meski pelatihan itu diselenggarakan secara virtual, satu hal yang saat itu agak mengganggu adalah terlalu seringnya kata "semangat" diucapkan. Itu memang akan menghasilkan antusiasme, yang jelas-jelas tidak bertahan lama, tidak berkelanjutan.

Ini jelas merupakan satu hal toksik, karena memberi kesan, semangat adalah sesuatu yang sifatnya jangka pendek, selesai program, bubar jalan.

Ironisnya, ini mirip dengan sifat pemberdayaan disabilitas: tidak berkelanjutan.

Alhasil, mendapat kesempatan kerja temporer menjadi sulit, dan lebih sulit lagi pada pekerjaan tetap atau wirausaha, karena masih kuatnya pola pikir diskriminatif.

Dalam keadaan normal saja, semua serba sulit, apalagi saat pandemi.
Selama "semangat" yang ditularkan hanya dipahami sebatas sebagai antusiasme, ini hanya sebentuk "toxic positivity".

Ia membangun satu semangat instan yang mudah runtuh hanya karena satu masalah. Sekali runtuh, itu akan sangat merusak dalam jangka panjang. Sangat mengenaskan. Satu kerusakan fatal bisa tercipta, hanya karena salah kaprah.

Menariknya, ini membuktikan, semangat memang tidak sesederhana kelihatannya, tapi ia bisa menular seperti virus, tanpa harus digembar-gemborkan lewat kata-kata khas motivator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun