Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Saat Lukisan "Bercerita"

3 Maret 2021   22:28 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:49 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Rabu (3/3) saya berkesempatan mampir ke Restoran ViaVia, yang terletak di daerah Prawirotaman, kota Yogyakarta. Bukan untuk berkuliner, tapi untuk melihat pameran lukisan solo perdana dari Bertold Gerry, adik kelas saya semasa SMA dulu, yang memang punya ketertarikan khusus dalam berekspresi.

Pada prosesnya, ia sempat menulis secara otodidak, seperti halnya melukis dan terjun dalam proses produksi film pendek independen. Dari dua hobi yang disebut terakhir inilah, ia "menemukan" dirinya. Meskipun, ketiganya sama-sama sudah ditekuni sejak remaja.

Pada pameran lukisan bertajuk Hardedge Dynamics ini, Gerry menampilkan empat lukisan karya pribadinya yang bergenre Hardedge & Geometrics alias corak garis. Sebagai informasi, pameran lukisan ini berlangsung hingga tanggal 31 Maret 2021.

Secara umum, keempat lukisan ini bercerita tentang dinamika perjalanan psikologis dirinya, dalam menghadapi berbagai bentuk pergumulan batin.

Tapi, dari keempat lukisan itu, lukisan berjudul "Radness" seperti pada foto di atas, adalah yang paling "lantang" dalam bercerita. Karena, lukisan ini menjadi potret saat dirinya tiba pada titik pengambilan keputusan, atas segala pergumulannya, setelah melalui perenungan cukup panjang.

Mungkin, bentuknya terlihat rumit, bahkan cenderung membingungkan bagi sebagian orang. Tapi, paduan warna dan bentuk dalam lukisan ini mampu bercerita dengan lugas.

Memang, seperti halnya menulis, melukis juga merupakan satu media berekspresi, yang sama-sama membutuhkan energi lebih, supaya apa yang ditulis atau dilukis punya "jiwa" yang mampu menyampaikan pesan dari pembuatnya dengan baik.

Inilah alasan mengapa karya seni bisa berharga begitu mahal. Biaya produksi film yang diadaptasi dari novel atau cerpen bisa mencapai puluhan miliar, seperti halnya sebuah lukisan, karena mampu memadukan berbagai detail kompleks sarat makna mendalam menjadi satu wujud sederhana nan estetis.

Tak semua orang bisa menyederhanakan kerumitan. Kemampuan ini masih langka, karena masih ada begitu banyak orang, yang justru ahli dalam merumitkan kesederhanaan.

Ironisnya, mereka sama-sama cenderung kurang diapresiasi, di sebuah negeri yang begitu kaya akan keberagaman budaya.

Tak heran, profesi seperti penulis dan seniman terlihat tak menjanjikan, kecuali jika si penulis atau seniman itu sudah diakui dunia, setelah berjuang keras nyaris sendirian. Ironisnya, banyak orang di luar negeri justru mampu mengapresiasi karya seni dengan lebih baik, meski secara budaya tidak sekaya negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun