"Kamu bisa sampai ke sini saja, itu adalah satu keajaiban."
Mungkin agak berlebihan, tapi "keajaiban" seperti jadi rangkuman ceritaku di sini. Benar, dengan tubuh serba terbatas ini, semua bisa kujalani.
Masa sulit pun tetap kuhadapi. Mulai dari masa pesta rakyat yang penuh drama, sampai banjir bandang dan pagebluk yang menerjang berurutan.
Aku memang tinggal di masa sulit, tapi aku akan selalu punya rasa rindu dengan kota bernama tengah "macet" dan "banjir" ini. Andai ada kesempatan untuk kembali, aku akan kembali dengan senang hati.
Kota ini memang tak terbuat dari rindu. Ia sangat realistis, dan tak memandang kekurangan di tubuhku. Inilah yang paling kusukai darinya, karena ia membuatku utuh sebagai seorang manusia.
Benar, ada intrik di sana-sini, karena semua ingin jadi bintang atau merasa paling benar. Tapi, selama diriku tak aneh-aneh, nyatanya semua baik-baik saja.
Kejujuran kota ini, juga banyak menuntunku untuk mengetahui siapa teman siapa lawan. Meskipun, pagebluk juga membuat semuanya makin terang benderang.
Kini, satu masa sudah menapak titik akhir. Aku yakin, ini akan berlanjut suatu hari nanti.
Ini bukan keputusan mudah, tapi aku bersyukur, karena Tuhan sudah berkenan menciptakan makhluk unik bernama wanita.
Benar, mereka kadang sulit ditebak, tapi hati mereka adalah senjata sangat ampuh, yang bisa menggerakkan dan menuntun seseorang, saat keputusan penting harus dipilih dengan hati.
Untuk saat ini, aku sadar, ini waktunya  berhenti sejenak. Sama seperti tempat tidur yang kulihat dalam mimpi, saat aku mohon petunjuk dari Atas.