Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sisi Jujur Sebuah Masa Sulit

25 April 2020   02:47 Diperbarui: 25 April 2020   03:19 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay.com)

Pada masa pandemi Corona seperti sekarang, situasi serba sulit menjadi warna dominan. Akibat efek domino pandemi Corona, ada yang penghasilannya dipotong beberapa kali, ada yang harus rela tak digaji, bahkan dirumahkan. Penyebab dominannya, pendapatan perusahaan menurun, bahkan tak ada sama sekali.

Bagi mereka yang sumber penghasilan utamanya berasal dari sini, inilah awal masa sulit. Maklum, tabungan atau aset lain yang dipunya, akan menjadi tumpuan utama, entah sampai kapan.

Selebihnya tinggal diatur, supaya semua kebutuhan sehari-hari tercukupi tanpa harus menguras kantong. Entah disadari atau tidak, masa sulit karena pandemi Corona kali ini seolah menampilkan sebuah proses seleksi alam, terutama yang berkaitan erat dengan relasi personal kita.

Secara gamblang, masa sulit kali ini memisahkan dengan tegas, siapa yang peduli pada mereka yang sangat membutuhkan bantuan, siapa yang tidak peduli, bahkan menindas dengan memanfaatkan keadaan darurat.

Gambaran ini juga berlaku pada pihak yang mau berdonasi: ada yang ikhlas, walaupun ada juga yang punya maksud lain, layaknya bakso di dalam tahu.

Di sini, mereka yang mengklaim sebagai "keluarga", akan terbedakan secara sangat kontras, dengan mereka yang punya hubungan keluarga (atau kedekatan layaknya keluarga) meski tak pernah digembar-gemborkan.

Pertimbangan yang diambil, terutama mengenai keputusan penting, juga sangat kontras. Yang satu memutuskan tanpa memikirkan dampak dan pilihan setelahnya, demi mencari "aman" sendiri, dengan kata "tidak (mau) tahu" sebagai tameng andalan. Jadi, mereka bisa "cuci tangan" sampai bersih dan lari paling awa saat masalah datang.

Yang satu lagi memutuskan dengan pertimbangan menyeluruh, demi keamanan bersama, dengan "aktif mencari tahu" sebagai senjata utama. Jika ada masalah, mereka takkan takut apalagi lari tunggang langgang.

Secara personal, perbedaan ini akan menghasilkan rasa terkejut. Karena, yang getol mengklaim sebagai "keluarga" atau semacamnya, justru mempraktekkan penggalan lirik lagu "Serenata Jiwa Lara" dengan sempurna:

Bilang-bilang sayang lalu hilang tanpa bayang
Sesuka diri

Rasa terkejut itu akan makin sempurna, jika mereka getol mengajak kita terbuka, tapi justru membiarkan kita kesulitan, termasuk di saat seperti ini, bahkan menambah kesulitan itu.

Kalaupun ada bantuan, itu kebanyakan berhenti di taraf "menyarankan". Yang berkelebihan berleha-leha, yang berkekurangan semakin menderita. Tak ada tindakan nyata. Apa boleh buat, saat kenyataan ini tampil, rasa terkejut itu akan terasa menyakitkan.

Sementara itu, mereka yang membangun kedekatan personal secara alami, tanpa ada gembar-gembor apapun, justru akan membantu tanpa basa-basi. Yang berkelebihan tetap aman, yang berkekurangan bisa sedikit bernafas di tengah himpitan situasi sulit.

Saat kenyataan ini tampil, rasa terkejut itu terasa melegakan dan menguatkan hati. Di sini, kita akan sangat bersyukur, karena kalimat "You'll Never Walk Alone" benar-benar sesuatu yang nyata.

Kejujuran kadang menjadi satu warna terlupakan dari sebuah masa sulit. Ia kalah sorot dengan keprihatinan dan keadaan, hanya karena menampilkan realita secara jujur, sekalipun rasanya menyakitkan. Tapi, jika kita mau menyadari dan belajar darinya, ia akan membantu kita untuk melihat semuanya secara utuh, sebelum melangkah lebih jauh.

Masa sulit akibat pandemi Corona memang membuat semua tak lagi sama. Tapi, sisi jujur yang ditampilkannya, menjadi satu modal persiapan berharga, terutama saat situasi kembali kondusif. Bagaimanapun, pandemi Corona hanya satu masa yang pasti akan berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun