Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | April

4 April 2020   18:52 Diperbarui: 4 April 2020   18:58 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dreamstime.com

Lagipula, aku kenal baik dengan para sekuriti di sana, karena mereka sangat banyak membantuku berjalan di keramaian gedung, dan selalu jadi teman bicara yang menyenangkan. Keputusan menaruh laptop di kantor, kuambil, setelah mengobrol dengan mereka, yang memang paham betul situasi dan kondisi gedung saat liburan.

Satu lagi, preman parkir di area sekitar kantor juga tak pernah sungkan membantuku naik ojek online, tanpa ada pikiran macam-macam. Kurang aman apalagi?

Di waktu lain, mereka sempat memerintahkanku, untuk segera mencari tempat kost baru, karena kantor akan pindah ke tempat lain. Dengan polosnya, aku segera berdoa, dan bergerak cepat keesokan harinya. Aku kembali menjelajahi sudut ibukota seharian, sampai akhirnya mendapat tempat.

Tapi, dengan enaknya mereka berkata, "Maaf, pindah kantornya belum jadi. Belum ada yang cocok.".

Cukup sudah, semua sudah jelas. Mereka tak sepenuhnya bisa dipercaya. Bagaimana mungkin mereka melempar perintah untuk segera dilakukan, tapi membatalkan setelah semua selesai dilaksanakan? Sungguh seenaknya.

Alhasil, aku memilih tak pindah tempat tinggal, apalagi setelah akhirnya mengetahui, lokasi kantor yang baru tidak terlalu jauh. Awalnya, aku sempat mendengar gosip, bos dan rekan setim kecewa dengan keputusanku. Mereka berharap, aku mau tinggal di kantor.

Tapi, aku tak peduli. Semua kekacauan yang lalu sudah memberiku banyak pelajaran. Aku tak bisa lagi menjadi seperti seekor sapi yang dicucuk hidungnya. Aku tak ingin hidup dalam perasaan diawasi setiap hari, karena aku orang merdeka.

Seiring berjalannya waktu, kudapati keputusan ini benar. Rumah tempat kantor itu penuh sesak dengan berbagai barang. Lagipula, ada dua wanita berambut panjang, dan satu sosok besar, yang menghuni rumah itu secara tak kasat mata.

Aku ingat, mereka pernah menampakkan diri saat aku sedang sendirian. Salah satunya adalah seorang gadis kecil. Ia suka bermain-main dengan pintu masuk dan lampu depan. Satunya lagi sudah agak dewasa. Ia biasa terdiam di sudut balkon dekat dapur. Wajahnya terlihat sedih saat malam mulai menyapa.

Sementara itu, sosok besar yang menjadi "atasan" mereka berukuran setinggi rumah. Ia kadang mengetuk atap dapur, tiap kali suasana kantor menjadi terlalu berisik.Jelas, aku tak akan tinggal di kantor, karena tempat ini sudah terlalu penuh.

Pelan tapi pasti, aku melihat ada rangkaian jebakan yang dipasang. Aku melihat, sebagian besar setim seperti membuat satu geng khusus. Mereka terlihat saling melindungi. Separah apapun kesalahan mereka, selama mereka ada di geng itu semua akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun