Mohon tunggu...
Yosep Efendi
Yosep Efendi Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Otomotif

Selalu berusaha menjadi murid yang "baik" [@yosepefendi1] [www.otonasional.com]

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Teknologi Commonrail, Pendukung Kendaraan Diesel Menghadapi Euro 4

28 April 2021   10:00 Diperbarui: 28 April 2021   10:09 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Isuzu Giga GXZ Pada Ajang Pameran GIIAS 2019 (Foto Dokumentasi Yosep Efendi)

Saat ini, disadari atau tidak, manusia sudah sangat bergantung dengan kendaraan bermotor. Tingginya kebutuhan mobilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadikan kendaraan sebagai penggerak utama sendi-sendi kehidupan manusia.

Tampak berlebihan memang, tapi Badan Pusat Statistik (BPS) pada 1 Februari 2021 memastikan bahwa jumlah kendaraan pada tahun 2019 sudah mencapi 133.617.012 unit, mengalami peningkatan 5,3% dari tahun sebelumnya (sumber: bps.go.id). Memang, setiap tahun tren data kendaraan mengalami peningkatan, yang mengindikasikan bahwa kebutuhan kendaraan terus meningkat.

Celakanya, Menurut Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, kendaraan bermotor menjadi kontributor terbesar atas pencemaran udara di Indonesia (sumber: otomotif.kompas.com). Sebuah kondisi yang memprihatinkan.

Di satu sisi, kendaraan menjadi salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, akan tetapi di sisi lain, konsumsi bahan bakar kendaraan berakibat buruk bagi lingkungan dan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, diperlukan ketegasan penetapan standar emisi dan teknologi sistem bahan bakar yang mendukung upaya pengurangan emisi tersebut.

Harapan Standar Emisi Euro 4

Tahun 2017, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI telah mengeluarkan Peraturan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang. Peraturan yang menetapkan batas maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan bermotor sesuai dengan standar Euro 4.

Standar Euro merupakan standar emisi yang digunakan di negara-negara Eropa, yang kemudian diikuti banyak negara dari berbagai benua, guna menjaga kualitas udara. Bisa dikatakan kita terlambat mengimplementasikan standar Euro 4 ini, karena sudah dikenalkan sejak tahun 2005 dan sudah diterapkan banyak negara.

Tentu banyak faktor yang membuat Indonesia terlambat mengikuti standar Euro 4, antara lain mulai dari jenis bahan bakar yang tersedia, teknologi sistem bakar kendaraan, teknologi mesin kendaraan, dan tidak kalah berpengaruh adalah kesadaran kita dalam memilih teknologi kendaraan dan bahan bakar terbaik untuk kendaraan tersebut.

Dengan peraturan standar Euro 4 ini, kita diarahkan untuk menggunakan jenis bahan bakar dengan nilai Oktan atau Research Octane Number (RON) minimal 91 untuk kendaraan bensin dan Cetane Number minimal 51 untuk kendaraan mesin diesel.

Dengan demikian, emisi Nitrogen Oksida (NOx) pada kendaraan bensin tidak boleh lebih dari 0,08 gr/km (kendaraan kategori berat, NOx diizinkan 0,1 – 0,11 gr/km) dan 0,25 gr/km untuk kendaraan diesel (kendaraan kategori berat, NOx diizinkan 0,33 – 0,39 gr/km). Senyawa NOx yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di mesin kendaraan ini dapat mengganggu saluran pernapasan manusia.

Selain senyawa NOx, senyawa berbahaya lain adalah Karbon Monoksida (CO), yang jika dihirup dalam jumlah besar, dapat menyebabkan pingsan, bahkan kematian. Oleh sebab itu, dalam standar Euro 4, gas CO dari kendaraan bensin tidak boleh lebih dari 1 gr/km (kecuali untuk kendaraan berat, CO diizinkan 1,81 – 2,27 gr/km) dan untuk kendaraan diesel dipatok maksimal 0,5 gr/Km (kecuali untuk kendaraan berat, CO diizinkan 0,63 – 0,74).

Dengan adanya batasan jumlah emisi sesuai standar Euro 4 ini, maka berangsur-angsur kita dapat memperbaiki kualitas udara, terutama di perkotaan, yang paling berisiko emisi gas buang kendaraan. Udara berkualitas yang kita harapkan dapat terwujud.

Selain udara, dengan adanya standar Euro 4 ini, akan berdampak pada kemudahan ekspor kendaraan yang diproduksi di Indonesia. Sehingga dapat meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan hidup masyarakat.

Tantangan Euro 4

Ketika pemerintah merencanakan dan menetapkan implementasi Euro 4, tentu industri yang berkaitan dengan kendaraan, terutama industri otomotif dan industri bahan bakar, mendapat tantangan untuk beradaptasi. Mereka perlu menyesuaikan teknologi dan bahan baku sesuai dengan standar yang telah ditetapkan pada Euro 4.

Perusahaan bahan bakar harus menyiapkan dan hanya menjual bahan bakar RON minimal 91 untuk kendaraan bensin dan Cetane Number minimal 51 untuk kendaraan diesel. Tentu ini harus didukung oleh pemerintah, agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat sebagai pengguna. Edukasi ini penting untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat agar menggunakan bahan bakar dengan kualitas terbaik sesuai dengan kendaraannya.

Tantangan lain juga dihadapi oleh perusahaan atau pabrikan kendaraan, yang harus mengembangkan teknologi, terutama teknologi pada sistem bahan bakar dan sistem pembakaran pada mesin kendaraan. Hal ini penting agar bahan bakar terbakar dengan baik saat proses pembakaran di mesin, yang kemudian berdampak pada pengurangan emisi gas buang.

Teknologi Commonrail pada Kendaraan Diesel

Ada sebuah stigma yang berkembang di masyarakat tentang gas buang, di mana diyakini bahwa kendaraan diesel, apalagi kendaraan besar dan bermuatan berat, memberikan polusi yang sangat besar. Sehingga, para pengendara sepeda motor dan kendaraan ringan di jalan raya, jaga jarak jauh dari knalpot kendaraan diesel.

Dari aspek safety riding, jaga jarak itu memang penting untuk menghindari kecelakaan beruntun. Namun rata-rata bukan poin itu yang dihindari, tapi justru efek “fogging” dari kendaraan diesel.

Stigma tersebut lambat laun berubah, seiring dengan teknologi commonrail pada sistem bahan bakar kendaraan bermesin Diesel. Teknologi commonrail yang didukung oleh perangkat pintar berupa Engine Control Modul (ECM) dan dibantu sensor-sensor yang mendeteksi kondisi berbagai perangkat dan bagian-bagian sistem mesin, menghasilkan suplai bahan bakar yang sesuai kebutuhan.

Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan tekanan bahan bakar, jumlah, durasi, dan timing pengijeksian (penyemprotan) bahan bakar ke ruang bakar mesin. Dengan takaran yang pas antara tekanan, jumlah, durasi dan timing penyemprotan bahan bakar tersebut dapat berdampak pada pembakaran yang baik di dalam silinder mesin.

Pembakaran “sempurna” tersebut menghasilkan tenaga yang optimal sesuai kebutuhan dan emisi gas buang yang minimal. Mengapa emisi menjadi minimal? Karena peningkatan efisiensi pembakaran dan efektifitas konversi energi dari energi kimia bahan bakar menjadi energi gerak mesin.

Teknologi commonrail ini diyakini dapat mendukung kendaraan diesel untuk menerapkan standar emisi Euro 4, sebagaimana yang telah diterapkan oleh Isuzu, dalam menjawab tantangan Euro 4. Isuzu yang telah menggunakan teknologi mesin commonrail sejak 2011, yang menjadi standar pada saat kebijakan emisi gas buang, #IsuzuEuro4Ready.

Hal tersebut disampaikan oleh Ernando Demily, Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia, yang meyakinkan bahwa Isuzu memiliki Giga, medium truck pertama di Indonesia yang sudah menggunakan mesin commonrail dan sangat siap dengan Euro 4 (sumber: liputan6.com).

Gambar Isuzu Giga GXZ Pada Ajang Paemran GIIAS 2019 (Foto Dokumentasi Yosep Efendi)
Gambar Isuzu Giga GXZ Pada Ajang Paemran GIIAS 2019 (Foto Dokumentasi Yosep Efendi)

Dari berbagai varian truk Isuzu Giga, yang sangat menarik adalah varian Giga GXZ, seperti tampak pada gambar di atas. Seperti varian Giga lainnya, Giga GXZ tentu telah menerapkan teknologi commonrail, tapi yang membuatnya sangat “spesial” adalah tenaga yang dihasilkan mencapai 345 PS, padahal mengusung kapasitas mesin yang sama dengan varian lain yaitu 7.790 cc (Spesifikasi Lengkap).

Varian Giga memang menghasilkan tenaga yang sangat besar berkat teknologi Commonrail Direct Injection. Teknologi bahan bakar diesel modern tersebut membuat proses pembakaran bahan bakar menjadi lebih baik, yang kemudian berdampak langsung pada tenaga dan torsi.

Selain itu, proses pembakaran yang lebih sempurna akan berdampak positif terhadap pengurangan polusi udara dan suara (suara cenderung halus). Berikut ini adalah penampakan dapur pacu Giga GXZ yang “ganas” menaklukan beban, tapi ramah terhadap lingkungan.

Gambar Mesin Berkode 6NX1-TCS Sebagai Dapur Pacu Isuzu Giga GXZ (Sumber gambar: https://isuzu-astra.com/giga-gxz/)
Gambar Mesin Berkode 6NX1-TCS Sebagai Dapur Pacu Isuzu Giga GXZ (Sumber gambar: https://isuzu-astra.com/giga-gxz/)

Dengan dukungan teknologi canggih pada Isuzu Giga ini, maka kendaraan niaga yang dapat dimanfaatkan untuk angkutan barang dalam jumlah besar dan angkutan bahan bakar ini siap untuk menyukseskan penerapan Euro 4 yang direncakan mulai pada April 2022. Rasanya pas jika bahan bakar didistribusikan oleh kendaraan niaga yang hemat energi dan ramah lingkungan seperti Isuzu Giga ini. Pas dan pantas. Pantas dan sesuai juga dengan semboyan, yaitu “Tangguh Menjawab Setiap Tantangan”, termasuk tantangan Euro 4.

Komitmen ISUZU Dalam Menjaga “Langit Biru”

Isuzu tak hanya berkomitmen mengembangkan teknologi kendaraan modern yang ramah lingkungan, tetapi juga menaruh perhatian lebih pada layanan purnajual yang berkaitan dengan menjaga lingkungan. Sebagai buktinya, Isuzu telah lama berperan aktif dalam kampanye uji emisi kendaraan sebagai bentuk kepedulian lingkungan. Setidaknya ada 6 bengkel resmi dari diler Isuzu di DKI Jakarta yang dipercaya oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta sebagai lokasi uji emisi (sumber: isuzu-astra.com). 

Gambar Uji Emisi oleh Isuzu (Sumber gambar: https://isuzu-astra.com)
Gambar Uji Emisi oleh Isuzu (Sumber gambar: https://isuzu-astra.com)

Isuzu telah menghadirkan kendaraan diesel dengan teknologi modern yang bukan hanya dapat beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat, tetapi juga beradaptasi dengan perubahan regulasi yang memperhatikan lingkungan, seperti Euro 4 #IsuzuEuro4Ready. Tentunya hal tersebut berdampak baik dalam upaya mengurangi polusi udara dan menjaga lingkungan, yang kemudian kita juga yang menikmati hasilnya, yaitu udara yang lebih bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun