"Lebih banyak Anda membaca, lebih banyak hal yang Anda ketahui. Lebih banyak hal yang Anda pelajari, lebih banyak tempat yang Anda kunjungi." Â (Dr. Seuss)
Membaca buku akan melahirkan ide atau gagasan-gagasan baru dan besar yang akan berguna bagi para pemimpin. Sebab untuk membangun bangsa ini tidak hanya dibutuhkan otot, tetapi terutama otak yang berisi ilmu dan gagasan baru. Ilmu dan gagasan baru itu tidak diperoleh di ruang rapat atau di lapangan semata, tetapi terutama dari buku-buku referensi.
Adolf Heuken SJÂ (1929-2019), Â Pendiri Yayasan Cipta Loka Caraka mengatakan, "Orang bijak dan pandai akan membaca buku yang baik dan bermutu, supaya memperoleh banyak keterangan dan memperluas cakrawala pengetahuannya."
Tanpa membaca buku banyak hal tidak akan diketahui. Banyak informasi tidak bisa diperoleh. Dan gagasan-gagasan besar tidak bisa dilahirkan. Sebab setiap orang memiliki keterbatasan-keterbatasan. Keterbatasan pengetahuan dan informasi itu hanya bisa dijembatani melalui membaca buku.
Emil H. Tambunan dalam bukunya "Pendidikan Keluarga Sukses", mengutip Ellen G. White mengenai peran orang tua dalam pembinaan anak menulis bahwa masalah mengapa sampai orang tua bertindak kurang adil terhadap anak sudah barang tentu karena mereka kurang teguh dalam prinsip, kurang mendasarkan azas pendidikan pada kebenaran Kitab Suci. Dan itu hanya bisa diperoleh kalau mereka setia membaca Kitab Suci setiap hari dalam keluarganya (hal. 282-283).
Demikian pun halnya dengan para pejabat kita. Sebagaimana Kompasiana menulis, "Seberapa dekat pejabat kita dengan buku?" Banyak netizen yang ramai menyoroti kebiasaan pejabat yang gemar pamer kemewahan, tapi hampir tak pernah pamer buku. Hal ini tentu sangat ironis sebab dari mana mereka akan mendapatkan ide dan gagasan besar untuk menyuarakan pembangunan bangsa ini, kalau tidak melalui membaca buku.Â
"Sebab dari bacaanlah lahir gagasan besar yang dibutuhkan untuk memimpin bangsa atau melahirkan kebijakan."
Semua orang tahu. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai daerah sejak Senin, 25 Agustus 2025, semula memprotes besaran tunjangan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Namun kemudian berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan di berbagai lokasi di Indonesia.
Pada Sabtu sore (30/8-2025), ratusan orang tiba-tiba menggeruduk kediaman anggota DPR Ahmad Sahroni di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka menjarah sejumlah barang milik legislator tersebut, mulai dari kursi, lemari, kasus, jam tangan, sejumlah uang, mesin pendingin, hingga berangkas uang yang berisi pecahan dollar.Â
Aksi tersebut disiarkan live di Tiktok oleh sejumlah orang yang datang ke lokasi. Dan warganet yang menonton siaran itu kemudian ramai-ramai menimpali untuk melanjutkan penjarahan ke rumah Eko Patrio, Uya Kuya hingga pejabat negara seperti Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Nama-nama ini merupakan orang yang beberapa waktu terakhir mendapatkan sorotan publik atas berbagai pernyataan kontroversinya. (Tempo.co. 31/8/2025).
Namun yang kemudian menjadi persoalan dan diangkat oleh Kompasiana menjadi topik pilihan adalah bahwa dari barang-barang yang dijarah atau dirusakkan massa pendemo, tak satu pun para pejabat negara itu yang dikabarkan dirusakkan lemari perpustakaan atau sejumlah buku yang dihamburkan keluar.
Entahkah karena kurangnya perhatian para pendemo terhadap buku-buku yang dipajang di rumah pejabat atau para legislator kita, ataukah memang para pejabat kita tidak memiliki perpustakaan atau buku bacaan pribadi sehingga hal itu luput dari perhatian. Dari situlah kemudian terbersit topik pilihan Kompasiana "Darurat Baca Pejabat Kita..."