Kabupaten Belu sebagai salah satu dari 22 kabupaten/kota di propinsi Nusa Tenggara Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (NRDTL), mempunyai tantangan tersendiri dalam memajukan pendidikan sebagaimana diamanatkan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI dalam sambutannya pada Hardiknas 2025 tersebut.
Setidaknya ada dua tantangan paling nyata yang mengemuka dalam perayaan Hardiknas 2025 di Kabupaten Belu, Jumat,2/5/2025, yaitu:
1. Â Angka Putus Sekolah Tinggi
Bupati Belu, Willybrodus Lay, SH dalam amanatnya sebagai Inspektur Upacara Hardiknas 2025 di Atambua mengungkapkan angka rata-rata lama sekolah masyarakat Belu hanya 7,6 tahun. Ini berarti sekitar 50 persen anak-anak di Kabupaten Belu hanya menempuh pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar. Pada hal pemerintah Indonesia telah memberlakukan program wajib belajar 9 tahun (minimal SMP).
Untuk itu Bupati Belu mencanangkan program lima tahun ke depan agar di setiap Sekolah dasar, jika lokasinya memungkinkan agar dibangun SMP. Diharapkan dengan langkah ini program pemerintah wajib belajar 9 tahun dapat terlaksana lebih maksimal di Kabupaten Belu, tandas Willy Lay, SH.
2. Â Tingginya Angka Pengangguran
Ketika menyinggung soal tingginya angka pengangguran, Bupati Belu mengatakan, pemerintah daerah saat ini belum sepenuhnya mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi tamatan SMA/SMK dan Perguruan Tinggi. Karena itu solusi yang ia tawarkan adalah menjadi pekerja migran yang bersertifikat dan legal sebagai alternatif yang harus dipertimbangkan.
Menurut Willy Lay, ia telah mendapatkan informasi bahwa dari tahun 2025 hingga 2030, ada kuota nasional hingga 125 ribu pekerja migran yang dapat diberangkatkan secara resmi ke berbagai negara di Asia, Eropa, bahkan di dalam negeri. Untuk itu ia berkomitmen untuk mengundang perusahaan resmi dan bersertifikat penyelenggara penempatan pekerja migran ke Kabupaten Belu untuk melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, guna mencegah praktek ilegal dan bahaya perdagangan manusia (human trafficking).
Penutup
Salah satu kekhasan dalam event perayaan Hardiknas 2025 adalah kemeriahan melalui penampilan budaya daerah seperti tarian bidu (TTU), tarian Likurai (Belu dan Malaka), dan tarian Gawi (Ende) yang ikut membanggakan perayaan Hardiknas bukan semata perayaan seremonial tetapi pertunjukkan kebudayaan.
Di Kabupaten Belu sendiri menampilkan 2.000 penari kolosal yang tampil memukau di lapangan Umum kota Atambua sebagai bentuk apresiasi terhadap salah satu hasil pendidikan yaitu peningkatan budaya dan kearifan lokal.
Hanya dengan itu terbitnya matahari di ufuk timur dapat menjadi sebuah simbol harapan akan masa depan yang lebih baik!