Merawat kebudayaan kita sendiri merupakan langkah yang penting dan nyata untuk menjaga dan melestarikan kebudayaan kita sebagai bangsa Indonesia, bangsa yang berbudaya dan yang kaya akan aneka bentuk kebudayaan.
Tahun 1996 untuk pertama kalinya saya terlibat bersama Mgr. Anton Pain Ratu SVD dalam kegiatan khasnya berupa Dialog Budaya bersama masyarakat yang disebutnya Program Khalwat 3 Ber.Â
Program khalwat ini diikuti oleh tiga kelompok masyarakat yang disebutnya Tokoh Ber-Pendidikan; Ber-Pengaruh; dan Ber-Kedudukan.
Latar belakang dan Pendasaran
Ada pun pendasaran dari program khalwat 3 Ber ini adalah ensiklik dari Paus Paulus VI. Perlu diketahui bahwa Paus Paulus VI yang nama aslinya Giovanni Battista adalah seorang Italia.Â
Beliau menduduki jabatan sebagai pemimpin gereja Katolik sedunia pada 21 Juni 1963 sampai dengan 6 Agustus 1978.Â
Pada 26 Maret 1967, Paus Paulus VI mengeluarkan sebuah ensiklik atau surat edaran resmi berjudul "Populorus Progressio" atau yang diterjemahkan dengan Perkembangan Bangsa-bangsa.
Dalam ensiklik tersebut, Paus Paulus VI mengatakan bahwa pembangunan dalam masyarakat bangsa membutuhkan keterlibatan manusia dan setiap kelompok manusia, malahan seluruh umat manusia (no. 14).
Pembangunan manusia seutuhnya merupakan tugas mendesak yang harus dilakukan (no. 29).
Dan supaya segera diambil tindakan-tindakan nyata yang berani menuju perubahan dalam struktur kemasyarakatan. Â Perubahan-perubahan yang mendesak haruslah dilaksanakan dengan tidak bertangguh. Tiap orang harus turut serta didalamnya dengan murah hati, khususnya mereka yang ber-pendidikan, berkedudukan, dan berpengaruh memberikan peluang yang besar untuk bertindak (no. 32).
Tiga artikel utama dalam ensiklik Populorum Progressio ini oleh Mgr. Anton Pain Ratu SVD dijadikannya sebagai dasar untuk memulai Dialog Budaya yang diberi nama Khalwat 3 Ber.
Program ini dimulai sejak tahun 1971, ketika beliau masih menjadi Imam muda hingga beliau menjadi Uskup Keuskupan Atambua 1984 sampai tahun 2007.