Mohon tunggu...
Yosef MLHello
Yosef MLHello Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Menulis adalah upaya untuk meninggalkan jejak. Tanpa menulis kita kehilangan jejak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gotong Royong atau Tmeoup Tabua dalam Kearifan Lokal Atoin Meto dalam Merawat Bumi Rumah Bersama

1 Agustus 2022   13:05 Diperbarui: 1 Agustus 2022   13:09 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang yang dalam kehidupannya suka menanam pohon, sudah pasti menjaga dan melestarikan sumber mata air dan sejenisnya. Dalam masyarakat Atoin Meto, mereka selalu dipuji sebagai orang yang rajin, arif dan bijaksana dengan pujian berupa "atoni apailolet".

Untuk itu dalam rangka merawat bumi rumah kita bersama, Atoin Meto dengan predikat "atoni apailolet" inilah yang bisa diajak untuk bekerja sama untuk memelihara atau merawat bumi.  Orang dengan type ini yang harus diajak untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan "besar" merawat bumi karena kenyataannya dia sudah berbuat banyak. 

Dalam hal ini atoni apailolet ini telah memberikan contoh kepada masyarakat melalui apa yang telah dijaga dan dipeliharanya yaitu bumi karena ia memiliki hobi menanam dan memelihara pohon. Pekerjaan itu dilihatnya sebagai upaya bekerja sama dengan Tuhan untuk memperbaiki dunia.

3. Upaya Menyelamatkan Bumi Rumah Bersama Sebagai Tujuan

Paus Fransiskus, Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Dunia pada tahun 2015 mengeluarkan sebuah Ensiklik berjudul "Laudato Si". Menurut Paus, bumi sebagai rumah kita bersama seperti seorang saudari yang berbagi hidup dengan kita, dan seperti seorang ibu rupawan yang menyambut kita dengan tangan terbuka. 

Namun, saudari ini sekarang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya, karena penggunaan dan penyalahgunaan kita yang tidak bertanggung jawab atas kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya.


Apa yang dikatakan Paus Fransiskus itu memang telah menjadi kenyataan. Sebut saja, polusi dan perubahan iklim, masalah air, hilangnya keanekaragaman hayati, penurunan kualitas hidup manusia dan kemerosotan sosial, yang menyebabkan ketimpangan global. Itu semua disebabkan oleh aneka limbah yang tidak bisa diurai secara biologis dan budaya membuang sampah sembarangan. 

Bumi, rumah kita, mulai makin terlihat sebagai sebuah tempat pembuangan sampah yang besar.

Rintihan ibu bumi karena kesakitan yang disebabkan oleh aneka kerusakan itu telah sampai kepada Tuhan. Cepat atau lambat manusia pasti akan kena getahnya atau imbasnya. Karena itu, tidak ada kata terlambat untuk kita memulai sesuatu untuk menyelamatkan bumi ini sebagai rumah kita bersama. 

Kata Paus Fransiskus, untuk memperbaiki situasi yang begitu kompleks yang dihadapi dunia saat ini tidaklah cukup usaha dari tiap individu untuk memperbaiki diri. Tetapi dibutuhkan kesadaran dan pertobatan ekologis untuk menciptakan suatu dinamisme perubahan yang berkelanjutan, juga merupakan pertobatan komunal.

Pada prinsipnya budaya Tmeoup Tabua merupakan bagian dari cara hidup Atoin Meto, maka segala sesuatu yang dihasilkan melalui kegiatan tmeouptabua itu merupakan hasil karya yang harus dihargai, baik hasil karya pribadi maupun hasil karya orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun