Mohon tunggu...
Yosafat Bayu Kuspradiyanto
Yosafat Bayu Kuspradiyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Student

believe in yourself and you'll be unstoppable

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Harian Jogja dalam Menghadapi Digitalisasi dan Konvergensi Media

14 November 2022   14:34 Diperbarui: 14 November 2022   14:40 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover Harian Jogja (sumber: HarianJogja.com)

Pada perkembangan teknologi informasi serta komunikasi, adanya media baru (new media) dengan basis utama melalui internet membuat kemajuan besar pada teknologi. Salah satunya ditunjukkan dengan semakin cepatnya penyebaran suatu informasi atau berita di tengah publik. 

Media konvensional khususnya media cetak seperti halnya majalah dan surat kabar harus bersaing dengan media elektronik dalam hal kecepatan penyebaran berita. Melalui media baru (new media) yang berbasis internet, seseorang akan dengan mudahnya mencari pemberitaan ataupun informasi tanpa terkendala batasan ruang dan waktu. 

Perkembangan yang terjadi pada teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan perilaku serta karakter bisnis media massa, terkhusus pada surat kabar. Menurut Effendy (2005, h. 241), surat kabar yang tadinya disebut dengan koran merupakan salah satu jenis media massa berbentuk jurnalisme cetak. Seperti terlihat dari bentuk fisiknya, surat kabar merupakan lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya aktual mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca. 

Namun setelah memasuki era digital, terjadilah konvergensi media, di mana media disatukan dalam satu platform elektronik/digital, kemudian media konvensional bersaing dengan mengandalkan kecepatan penyaluran informasi. Seperti dalam mengirim berita yang biasanya dilakukan secara manual, kini dapat dilakukan secara digital. Berita atau informasi yang biasanya diakses dengan cara konvensional (dibaca melalui kertas koran), kini dapat diakses dari genggaman tangan dengan cepat. Menurut Eko (2019, h. 24), kondisi tersebut pada akhirnya menuntut surat kabar untuk bergandeng tangan dengan media baru (new media). 

Berdasarkan hal tersebut, industri surat kabar seperti dikepung oleh pesatnya media baru berbasis internet. Namun, di tengah kepungan media baru itu, terdapat beberapa surat kabar yang masih hidup dan berkembang. Seperti Harian Jogja yang merupakan anak perusahaan dari surat kabar nasional Bisnis Indonesia, yakni salah satu surat kabar ekonomi yang berpusat di Jakarta. Sebagai salah satu perusahaan koran lokal yang masih aktif terbit setiap hari, tentunya pada era konvergensi media seperti saat ini akan menghadirkan tantangan baru bagi Harian Jogja. 

Segala macam usaha, adaptasi, dan perubahan pasti akan dilakukan agar koran lokal seperti Harian Jogja ini tetap eksis di tengah gempuran digitalisasi. Berdasarkan hal tersebut, dalam sebuah fenomena yang menarik ini akan dianalisis praksis digitalisasi dan konvergensi media dalam perkembangan surat kabar Harian Jogja.

Sekilas Harian Jogja

Harian Jogja berdiri pada 20 Mei 2008 yang bertempat di  Bangsal Kepatihan, Keraton Yogyakarta. Dalam mengambil momentum Hari Kebangkitan Nasional, Harian Jogja diterbitkan perdana pada hari itu. Harian Jogja memiliki nilai filosofis yaitu semboyan "Berbudaya, Membangun Kemandirian". 

Dengan nilai tersebut Harian Jogja terbit mengangkat gaya Bisnis Indonesia yang ringkas dan padat. Setelah Solopos yang berada di Surakarta, Jawa Tengah dan Monitor Depok yang berada di Depok, Jawa Barat, surat kabar Harian Jogja menjadi koran komunitas ketiga dari grup Bisnis Indonesia.

Harian Jogja merupakan koran yang dirancang untuk bisa dekat dengan karakter masyarakat Jogja. Gaya dalam penulisan, penggunaan tata warna, begitu dominan dengan aspek lokal budaya Jogja, sehingga koran ini sering mendapat panggilan Harjo (Mas Harjo, Mbah Harjo). 

Harian Jogja juga memakai ukuran surat kabar yang sesuai dengan memberi perhatian yang lebih pada pewarnaan dan grafis, untuk memenuhi tuntutan modernitas. Wilayah distribusi koran ini ada di seluruh wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Kota Yogyakarta dan juga wilayah kabupaten seperti Sleman, Bantul, Kulonprogo, dan Gunung Kidul. 

Terdapat hal unik bila bercerita mengenai bagaimana Harian Jogja ini diterbitkan. Selain sebagai satu-satunya perusahaan media yang mengambil tempat peluncuran perdana di tempat istimewa (Bangsal Kepatihan), acara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, jajaran GKR Hemas dan juga sejumlah komisaris dan Direksi Bisnis Indonesia maupun Direksi Solopos untuk menyambut penerbitan perdana koran yang diprakarsai oleh Y.A. Sunyoto, Y. Bayu Widagdo, Adhitya Noviardi, dan Engky Harnani ini. 

Hal tersebut tentu menjadi kebanggaan tersendiri bagi jajaran direksi awal koran Harian Jogja. Dari peristiwa tersebut masyarakat Jogja dapat mengenal koran Harian Jogja dalam tempo singkat, yang kemudian mampu menjadi trendsetter dan juga koran dengan peringkat kedua untuk media cetak di DIY di tahun ketiganya berjalan. 

Menghadapi Arus Jurnalisme Digital

Portal Online Harian Jogja (sumber: pribadi)
Portal Online Harian Jogja (sumber: pribadi)

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun melalui wawancara dengan Nugroho Nurcahyo sebagai Redaktur Pelaksana Harian Jogja, saya mencoba untuk menganalisis cara Harian Jogja dalam menghadapi arus digitalisasi dan konvergensi media. Terlepas dari sistem kerja Harian Jogja sebagai perusahaan media cetak, ternyata aktivitas yang terjadi dalam lingkup Harian Jogja secara eksplisit berusaha menampilkan karakter ekonomi politik dari media ini. Unsur awal yang dapat ditemukan dalam dinamika Harian Jogja terletak pada proses spasialisasi. 

Setelah menelusuri sejarah berdirinya Harian Jogja,  ternyata ada suatu fakta bahwa sebenarnya Harian Jogja ini merupakan produk spasialisasi vertikal dari perusahaan media Bisnis Indonesia Group. Seperti yang sudah dipelajari sebelumnya, spasialisasi vertikal merupakan perluasan pola kepemilikan berdasarkan tingkatan perbedaan proses produksi dan distribusi atau perluasan secara geografi untuk mengatasi batasan ruang dan waktu. 

Bisnis Indonesia Group sebagai media nasional berusaha menangkap kebutuhan para pembaca lokal. Menurut mereka para pembaca lokal akan cenderung menekuni, mencari, dan menghargai fenomena ataupun isu lokal yang ada di daerahnya sendiri tanpa selalu disuguhkan oleh isu-isu nasional yang senyatanya secara geografis tidak dekat dan berhubungan dengan masyarakat lokal tersebut. Oleh sebab itu, Bisnis Indonesia Group memprakarsai kehadiran Harian Jogja sebagai platform penyedia berita lokal yang inspiratif dan edukatif untuk masyarakat lokal di daerah Yogyakarta.

Selain berdasarkan riset potensi dan prospek dari tim independen, pemilihan Yogyakarta sendiri sebagai fokus pemilihan Bisnis Indonesia Group dalam melahirkan perusahaan pers daerah erat hubungannya dengan aspek kepemilikan media cetak tunggal di daerah Yogyakarta. Sebelum terbitnya Harian Jogja, pasokan informasi dan berita lokal di daerah Yogyakarta hanya dikuasai oleh Kedaulatan Rakyat. Sehingga dapat dikatakan selama bertahun-tahun Kedaulatan Rakyat telah menguasai produksi berita lokal di Yogyakarta. 

Tentu bila realitas ini dibiarkan, akan timbul monopoli media lokal dikarenakan proses produksi dan distribusi berita sepenuhnya dikuasai oleh satu media saja. Maka dari itu, hadirnya suatu media cetak lokal lain diharapkan mampu memberikan sudut pandang baru bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi terkait isu-isu yang berkembang di daerah. Dengan demikian, penyebaran media cetak lokal dapat terdiferensiasi dengan munculnya Harian Jogja yang mengadopsi gaya pemberitaan dari Bisnis Indonesia Group berdasarkan semboyan "Berbudaya, Membangun Kemandirian".

Seiring berjalannya waktu, Harian Jogja mulai diterima dan mendapat atensi dari pembaca di daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Peningkatan jumlah tiras sebanyak 21.000 penjualan yang berhasil diraih hanya dalam waktu 7 bulan sejak Harian Jogja terbit, menjadi momentum positif bagi Harian Jogja untuk mempertahankan bisnis dan mengembangkan potensinya. 

Maka dari itu, Harian Jogja membentuk proses komodifikasi sebagai upaya untuk mengubah nilai guna menjadi nilai tukar yang lebih bermanfaat. Pada dasarnya proses komodifikasi ditunjukkan sebagai langkah dari kaum kapitalis untuk melakukan pemusatan modal ataupun merealisasikan transformasi nilai dari sesuatu hal yang biasanya tidak dipandang sebagai produk komersial menjadi suatu komoditas. 

Dimulai dari komodifikasi isi, hal ini dapat dilihat dari usaha Harian Jogja dalam menyediakan portal berita online yang tersedia melalui website www.harianjogja.com. Komodifikasi isi merupakan suatu proses transformasi dari sekumpulan konten yang pada akhirnya dijadikan suatu komoditas untuk menarik minat pembaca. 

Kehadiran portal berita online adalah suatu upaya dari Harian Jogja untuk memenuhi ekspektasi dari masyarakat untuk mengikuti perkembangan teknologi. Penggunaan portal online tersebut juga pada akhirnya mendatangkan keuntungan tersendiri bagi Harian Jogja melalui segmen iklan yang lebih fleksibel daripada iklan pada media cetak. 

Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Nugroho Nurcahyo, kehadiran portal online tidak bertujuan untuk mematikan produksi media cetak secara konvensional. Menurut beliau, media cetak dan media online memiliki pangsanya masing-masing yang mana sama-sama masih memberikan keuntungan bagi Harian Jogja. Meskipun memang harus diakui, kehadiran portal online mampu menekan biaya produksi pada Harian Jogja yang sempat dihadapkan pada masalah sulitnya mendapatkan bahan baku kertas untuk produksi media cetak. 

Selanjutnya Harian Jogja juga melakukan proses komodifikasi audiens dengan mengandalkan keuntungan dari pelanggan harian. Porsi keuntungan dari proses distribusi sebesar lebih dari 40% memang diperoleh dari adanya pelanggan. Meskipun harus diakui beberapa pelanggan tersebut tidak murni berlangganan koran Harian Jogja atas keinginannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan pasokan berita, semisal adanya pelanggan yang dihasilkan dari kerja sama yang dijalin antara Harian Jogja dengan instansi pemerintah dan pengusaha lain, di mana akhirnya pihak tersebut akan menjadi pelanggan Harian Jogja sebagai timbal baliknya.

Strukturasi pada Harian Jogja membentuk hegemoni itu sendiri. Harian Jogja mempunyai visi mengawal dinamika dan nilai luhur budaya masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya dan memiliki misi memberikan pilihan bagi komunitas Yogyakarta yang makin majemuk, memacu semangat masyarakat untuk membangun wilayah secara mandiri, menyebarkan romantisme ke-jogja-an bagi warga yang pernah memiliki keterkaitan dengan wilayah ini, dan meningkatkan daya kritis masyarakat untuk mencapai cita-cita menuju bangsa yang cerdas. 

Pada awalnya Harian Jogja mempunyai semangat jurnalis untuk mengulik informasi secara benar dan apa adanya. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa aspek pada Harian Jogja diubah seperti halnya dalam bagaimana media tersebut mengarahkan informasinya. 

Nugroho Nurcahyo menjelaskan beberapa kejadian yang membuat Harian Jogja memilih untuk menjadi wise journalism, seperti konflik yang pernah terjadi antara Harian Jogja dengan Keraton Yogyakarta yang ternyata hal tersebut membuat Harian Jogja mendapat banyak kritik dari masyarakat lokal Yogyakarta.

Selain itu, kini fokus Harian Jogja terletak pada misi "menyebarkan romantisme ke-jogja-an bagi warga yang pernah memiliki keterkaitan dengan wilayah ini". Hal tersebut membuat Harian Jogja memilih untuk menjadi media yang inspiratif. Sehingga dengan demikian seluruh jajaran redaksi berusaha untuk mengedepankan pembuatan berita dengan sudut pandang inspiratif agar berita tersebut dapat termuat dalam framing pemberitaan Harian Jogja.

Sumber Referensi:

Effendy, O.U. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Eko, P. (2019). Media Cetak VS Media Online. Surabaya: Unitomo Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun