Mohon tunggu...
Yosafati Gulö
Yosafati Gulö Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Warga negara Indonesia yang cinta kedamaian.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kalau Jokowi atau Prabowo Menjadi Presiden RI, Lalu Mau Apa?

27 Juni 2019   18:45 Diperbarui: 27 Juni 2019   19:07 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kabar24.bisnis.com

Mungkin saja periode lima tahun belum cukup, bahkan sampai generasi yang ada ini berganti. Namun, dengan adanya tekad dan keseriusan membangun hukum selama lima tahun, maka dasar-dasar yang kuat untuk dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya diyakini bisa dikonstruksi.

Kedua, perlu disadari bahwa untuk mewujudkan apa yang dijanjikan saat kampanye oleh kedua Paslon di bidang apa pun, yang juga merupakan harapan masyarakat, mustahil terwujud tanpa dukungan nyata dari semua pihak.

Apa yang ditetapkan DPR sebagai program pemerintah untuk lima tahun ke depan, itulah yang perlu diperjuangkan bersama. Baik oleh individu maupun kelompok-kelompok, organisasi, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat.

Jangan sampai DPR menetapkan program, tapi ketika dilaksanakan, anggota DPR juga yang terus menerus mencecar, bahkan menghakimi sebagai program yang salah. Jangan sampai anggota DPR menjadi provokator yang  membangun opini sesat di tengah-tengah masyarakat. Sebab, kemajuan bangsa mustahil dicapai hanya dengan orasi, membangun opini.

Ketiga, semua pihak perlu sadar bahwa Pilpres bukanlah tujuan yang harus diperjuangkan mati-matian. Pilpres hanyalah alat untuk mencari dan menemukan individu, pemimpin, yang memiliki kapasitas dan tekad yang kuat untuk membangun kepentingan bangsa dan negara.

Ini artinya, kepentingan pribadi, kelompok atau organisasi tertentu bukanlah ukuran. Ukuran satu-satunya adalah kepentingan bersama sebagai bangsa dan negara. Bahwa pimpinan tersebut berasal dari suatu organisasi politik misalnya tidak berarti bahwa diri dan kepemimpinannya hanya mengacu pada kepentingan organisasi asalnya. Tampaknya pribadi seperti inilah yang disebut negarawan.

Presiden dan Wakil Presiden seperti itu tentu saja bukan manusia super juga. Mereka adalah manusia biasa seperti kita. Mustahil bisa bekerja sendiri. Mereka pasti butuh dukungan dari semua pihak berdasarkan kapasitas masing-masing.

Inilah sebetulnya yang menjadi tantangan bagi anggota masyarakat. Mau apa dan bisanya apa, boleh dikemukakan. Mau berkontribusi menyusun anggota kabinet pun dimungkinkan. Berikanlah informasi yang benar tentang individu-individu yang berkualifikasi dan berintegritas. Bisa dengan menulis menulis kesaksian tentang pekerjaan dan kepribadian yang bersangkutan atau cara lain.

Mau berkontribusi gagasan, usul, alternatif program, sampai pada hal-hal teknis sekalipun bisa juga. Kemukakanlah hal itu melalui jalur yang sesuai. Sekedar mengeritik juga boleh. Mungkin dengan menulis di media atau menyampaikannya melalui lembaga formal.

Tampaknya, hal-hal seperti itulah yang perlu ketimbang memboroskan tenaga, waktu, dan pikiran untuk sekedar teriak-teriak. Mendukung yang terpilih dan turut mengontrolnya selama kepemimpinanya lima tahun ke depan jauh lebih bermakna daripada orasi-orasi dengan memosisikan diri seolah-olah ditindas, dipinggirkan. Atau orasi-orasi bernada menghasut dan memecah belah bangsa. 

Tanpa berkontribusi dan hanya orasi, bagaimana anda menjawab pertanyaan: "Kalau Jokowi atau Prabowo menjadi Presiden RI, lalu mau apa?" ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun