Abstrak
Keanekaragaman suku bangsa dapat melahirkan berbagai macam kebudayaan. Salah satu jenis kebudayaan yaitu tarian. Budaya menari hidup dan berkembang didalam kelompok masyarakat yang akhirnya melahirkan tarian tradisi. Tari tradisi adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang pada suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi kegenerasi serta sesuai dengan adat kebiasaannya itu sendiri dan telah diakui oleh masyarakat pendukungnya. Setiap tarian tradisonal di dunia ini memiliki asal usulnya. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mendesripsikan asal usul budaya sakral: tari asik mahligai kaco. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara dan studi dokumentasi. Penelitian dilakukan di Desa Senimpik, Kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari asik mahligai kaco di temukan oleh siti haris atau nduk siarni melalui wangsit (pesan gaib), memiliki makna tarian yang dilakukan secara khusyuk untuk mencapai sebuah tujuan yaitu untuk memperoleh atau menaikkan tahta serta tidak bisa ditarikan oleh sembarang orang, karena tarian ini bersifat sakral dan magis.
Kata kunci: Asal usul, budaya sakral, tari asik
Abstract
Ethnic diversity can give birth to a variety of cultures. One type of culture is dance. The dance culture lives and develops in community groups which eventually gave birth to traditional dances. Traditional dance is a dance that is born, grows, develops in a society which is then passed down or inherited continuously from generation to generation and in accordance with its own customs and has been recognized by the supporting community. Every traditional dance in this world has its origin. Therefore, this article aims to describe the origin of sacred culture: the asik mahligai kaco dance. This research is a qualitative research using descriptive method. Data collection techniques through direct observation (observation), interviews and documentation studies. The research was conducted in Senimpik Village, Siulak Mukai District, Kerinci Regency. The results showed that the asik mahligai kaco dance was discovered by siti haris or nduk siarni through wangsit (occult messages), has the meaning of a dance that is performed solemnly to achieve a goal, namely to gain or raise the throne and cannot be danced by just anyone, because the dance it is sacred and magical.
Keywords: Origin, sacred culture, cool dance
Pendahuluan
Kebudayaan dalam ilmu antropologi memiliki pengertian yang sangat luas. Koentjaraningrat (2000:180) menyatakan bahwa "Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar".
Dari pendapat diatas, bahwa kebudayaan merupakan segala hasil karya cipta manusia yang tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki oleh setiap suku bangsa diseluruh Nusantara merupakan tradisi dari masing-masing daerah yang dijadikan sumber kebudayaan Nasional. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat, dan memiliki sejarah yang berbeda tergantung pada letak dan tradisi yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Daerah Kerinci memiliki bermacam-macam bentuk kesenian, seperti tarian, pencaksilat, dan musik yang sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh masyarakat Kerinci untuk dijadikan wahana berekspresi dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan berekspresi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam mengungkapkan seluruh jiwa dan demi kepuasan bathin para penikmat seni bagi masyarakat Kerinci.
Di kecamatan Siulak Mukai terdapat beberapa kesenian yang diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dahulunya. Kesenian yang ada di daerah Siulak Mukai terdapat tari-tarian diantaranya tari rangguk, tari tauh, tari asik ngayun luci, tari asik nyabung, tari asik tolak bala, tari asik mandi taman, dan tari asik mahligai kaco. Semua jenis tarian ini digunakan sebagai sarana dalam upacara yang berkaitan dengan pemujaan roh-roh nenek moyang yang memiliki unsur ritual.
Tari asik mahligai kaco berasal dari kata "Asik" yang merupakan salah satu tari tradisi masyarakat Kerinci. Hafiful Hadi Sunliensyar (2016), menyatakan bahwa Asik yang biasa disebut oleh masyarakat Kerinci adalah ritual yang disertai sesajian, nyanyian, musik dan tarian untuk upacara persembahan pada roh leluhur dan dilakukan pada waktu tertentu, Tarian magis ini digunakan sebagai tarian dalam upacara adat dengan memuja roh-roh nenek moyang. Kata "Mahligai" diartikan sebagai tahta. Kemudian kata "Kaco" yang dalam bahasa Indonesia berarti kaca. Tari asik mahligai kaco memiliki makna tarian yang dilakukan secara khusyuk untuk mencapai sebuah tujuan yaitu untuk memperoleh atau menaikkan tahta.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Asal Usul Tari Asik Mahligai Kaco. Dengan alasan untuk kepenarian tari asik mahligai kaco hanya orang tertentu dan tidak bisa ditarikan oleh sembarang orang, karena tarian ini bersifat sakral.
MetodologiÂ
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu memberi gambaran secara jelas tentang Asal Usul Tari Asik Mahligai Kaco. Objek penelitian adalah Tari Asik Mahligai Kaco. Data diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung (observasi), wawancara dan studi dokumentasi.
Informan penelitian adalah penemu dari tari asik mahligai kaco. Lokasi penelitian di rumah penemu dari tari asik mahligai kaco, Desa Senimpik Kecamatan Siulak Mukai. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci, yang dibantu dengan alat perekam dan pencatat. Teknik analis data dalam mini riset ini adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tari asik mahligai kaco merupakan kesenian tari tradisional yang berasal dari, Desa Senimpik, Kecamatan Siulak Mukai, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Tarian asik mahligai kaco ditemukan oleh salah seorang penduduk di bumi sakti alam Kerinci yang bernama Siti Haris atau nduk siarni (77 tahun).
Hal ini sejalan dengan yang di sampaikan oleh Syamsir salah satu tokoh adat Desa Senimpik, mengatakan bahwa tari ini dikenal pertama kali oleh masyarakat yang ditarikan oleh nduk siarni dikediaman nya. Dengan atraksi yang berbahaya sempat mengejutkan masyarakat yang menyaksikan pada waktu itu.
Tari asik mahligai kaco berasal dari kata "Asik" yang merupakan salah satu tari tradisi masyarakat Kerinci. Hafiful Hadi Sunliensyar (2016), menyatakan bahwa Asik yang biasa disebut oleh masyarakat Kerinci adalah ritual yang disertai sesajian, nyanyian, musik dan tarian untuk upacara persembahan pada roh leluhur dan dilakukan pada waktu tertentu.
Tarian magis ini digunakan sebagai tarian dalam upacara adat dengan memuja roh-roh nenek moyang. Kata "Mahligai" diartikan sebagai tahta. Kemudian kata "Kaco" yang dalam bahasa Indonesia berarti kaca. Tari asik mahligai kaco memiliki makna tarian yang dilakukan secara khusuk untuk mencapai sebuah tujuan yaitu untuk memperoleh atau menaikkan tahta.
Berawal dari Siti Haris atau sering dipanggil nduk siarni (penemu tarian asik mahligai kaco) merasakan demam dan beberapa hari sudah mencari obat kesana kemari. Bertepatan dengan hal tersebut, Siti Haris atau nduk siarni mendapatkan wangsit (pesan gaib) dari nenek moyangnya yang disampaikan melalui mimpi ketika beliau sedang tidur siang sendirian dirumah.
Dalam mimpi tersebut diceritakan ada seorang sosok laki-laki yang mengetuk pintu rumahnya kemudian datang menghampiri beliau dengan membawa kain yang sudah lusuh di gantungkan pada bahu sebelah kiri yang berisikan beling kaca (nyandang kain jaek, baiisi pcah kaco) dalam bahasa Siulak Mukai. Melihat hal itu Siti Haris atau nduk siarni merasa ketakutan dan cemas, karena kenapa ada orang yang tiba-tiba datang kerumah membawa beling kaca.
Kemudian, sosok laki-laki tersebut membentangkan kain yang berisi beling kaca dihadapan nduk sirani dan beliau langsung berjalan mengelilingi beling kaca yang berserakan sebanyak tiga kali putaran. Siti Haris atau nduk siarni semakin ketakutan dan cemas melihat hal tersebut karena keluarga beliau tidak satupun yang berada dirumah. Selanjutnya, sosok laki-laki itu meminta kepada nduk siarni mempraktekkan hal yang sama.
Nduk siarni diperintahkan untuk menari di atas beling kaca dan beliau pun merasa ketakutan serta sempat menolak perintah dari sosok laki-laki tersebut, hingga pada akhirnya nduk siarni pun memberanikan diri untuk mencoba mengelilingi dan menari di atas beling kaca sebanyak tiga kali putaran. Anehnya, nduk siarni tidak merasakan sakit sedikitpun dan tidak pula mengalami luka pada bagian telapak kaki.
Pada saat terbangun dari mimpi, beliau langsung sontak dan mengatakan kepada sang suami agar pecahan beling kaca segera dikumpulkan sebanyak mungkin. Sang suami sempat menanyakan untuk apa beling kaca tersebut kepada kepada Siti Haris atau nduk siarni, akan tetapi dengan cepat nduk siarni menjawab dengan alasan yang tidak jelas. Pada intinya beliau ingin sekali memiliki beling kaca tersebut. Mendengar jawaban dari sang istri, kemudian beliau langsung bergegas untuk mencari dan mengumpulkan beling kaca.
Setelah beling kaca tersebut terkumpul, lalu dibersihkan atau dicuci kemudian dijemur. Disamping itu, nduk siarni langsung menyiapkan sesajian seperti mangkuk cinano (mangkok berisikan bunga cina), mangkuk limau (mangkok berisikan jeruk purut), cawan dingan breh kunyit (cangkir berisikan beras yang diberi kunyit), menyiapkan api kemenyan, api kemenyan ini wajib ada dalam setiap melakukan persembahan atau ritual yang berguna untuk mengasapi alat-alat sesajian.
Kemudian, sesajian tidak sempurna apabila tidak menyiapkan ikat. Ikat adalah salah satu syarat untuk melengkapi sesajian. Ikat berisi breh scupak tigo nggam (beras satu kaleng susu kecil ditambah tiga genggaman). Beras tiga genggam memiliki makna bahwa yang sebagai pemangku adat atau memberikan ajun arah kepada masyarakat Kerinci, terkhusus pada masyarakat Siulak Mukai itu adalah depati, ninik mamak dan teganai yang disebut dengan sko tigo takah. Orang-orang yang tergabung dalam sko tigo takah ini masih sangat di agungkan atau di hormati oleh masyarakat.
Selain breh scupak tigo nggam, Sihih (sirih), pinang, canggan (tempat meletakkan sirih dan pinang) dan cincin dingan sibentuk (satu buah cincin, cincin ini terbuat dari bahan tembaga dan kuningan), kapeh dingan burambu (kapas yang berambu), bnang dingan spuluh (sepuluh lilitan benang) juga tergabung dalam ikat yang dimasukkan dalam bakun (bakul).
Selanjutnya, beliau menyiapkan kain 4 warna yang memiliki makna. Kain hitam pengganti rambut, kain kuning pengganti urat, kain merah pengganti darah, dan kain putih pengganti otak. Tarian asik mahligai kaco ini sifatnya berbahaya dan hanya penari nya saja yang bisa menarikan. Oleh karena itu, Filosofi dari kain 4 warna ini adalah bahwa seluruh penari atau pun pemusik dalam tarian ini sudah menyerahkan pengganti dari otak, rambut, urat dan darah nya.
Setelah menyiapkan sesajian, selanjutnya beliau membaca mantra untuk menghadap serta meminta petunjuk arahan dari roh-roh nenek moyang (menghadap luwen atau masdie). Mantra atau kalimat yang dibacakan oleh nduk siarni berbunyi sebagai berikut :
 "Jangan rusak jangan binaso, jangan lilut jangan sumbing, go yo pngaja kayo ini, ka laut kito barenang, kabukit kito mak tibo kak gunong, pngaja kayo mbuh aku nuhun"
Dalam bahasa Indonesia artian dari mantra tersebut adalah jangan rusak jangan binasa, jangan robek jangan sumbing, ke laut kita berenang, ke bukit biar sampai ke gunung, kalau benar hal tersebut merupakan ajaran dari nenek moyang nya atau orang gaib, beliau mau menurutinya, kalimat ini merupakan sarana komunikasi nduk siarni terhadap nenek moyangnya yang bertujuan apabila beliau menarikan tarian asik mahligai kaco supaya tidak terjadi cidera dan memohon perlindungan serta mau mengikuti ajaran dan petunjuk dari nenek moyangnya.
Setelah meminta petunjuk, beliau membentangkan tikar pandan yang mana tikar pandan ini dianyam langsung oleh nduk siarni dari tanaman pandan dan beliau menyerakkan beling kaca, lalu beliau menari diatas beling kaca, berputar di atas sirigi atau bambu runcing dan menancapkan keris di bagian perut dengan kondisi tidak sadarkan diri. Orang-orang yang ada disekitar ketakutan dan bergegas untuk meninggalkan rumah beliau akibat dari melihat aksi atau tingkah nduk siarni.
Dalam rentangan tahun 2001-2002 yang ketika itu Kabupaten Kerinci dipimpin oleh Letkol Czi (Purn.) H. Fauzi Siin sebagai bupati dan Drs. H. Zulkifli Nurdin, M.B.A sebagai gubernur, tarian asik mahligai kaco diundang ke beberapa tempat diantaranya adalah Malaysia, Bali dan Jakarta. Â Pada saat Kabupaten Kerinci menyelenggarakan suatu acara dan di hadiri oleh beberapa pejabat yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia.
Kemudian, pejabat dari Malaysia tersebut sontak mendengar cerita bahwa di Kabupaten Kerinci ada seorang wanita paruh baya yang bisa menari di atas beling kaca tanpa luka atau tidak merasa kesakitan sedikit pun. Kemudian, beliau tertarik dan penasaran apakah benar cerita tersebut, sehingga beliau mengundang tarian asik mahligai kaco ini ke Malaysia. Selanjutnya, dalam selang waktu yang tidak lama tarian ini pun diundang lagi ke Bali dan Jakarta.
Hal tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang membantu mensosialisasi dan mempromosikan tari asik mahligai kaco ke berbagai daerah maupun keluar negeri. Sajundai (wawancara, 19 Juni 2012) dalam Eke Pebrianti (2013), mengatakan bahwa salah satu campur tangan Pemerintah dalam membantu yaitu terlihat dari banyaknya bantuan Pemerintah melalui Dinas Pariwisata dari segi membudayakan, mensosialisasikan dan mempromosikan tari asik Mahligai kaco di dalam dan luar daerah Kerinci, baik ke luar propinsi maupun keluar negeri, yaitu pada even budaya nasional maupun internasional.
Terbukti tari asik Mahligai kaco pernah diundang oleh Pemerintah Kota Bali untuk tampil di Denpasar, bahkan kota lain seperti Bogor, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi dan Jakarta, dan bahkan pernah tampil di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Selain itu juga, Dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci membantu kelompok tari asik mahligai kaco untuk pembelian busana dan perlengkapan tari asik Mahligai kaco.
Tari asik mahligai kaco beranggotakan 6 orang, 3 dari kaum laki-laki (pak siarni, bahtiar atau pak ipi, dan suami au salih) dan 3 dari kaum perempuan (siti haris atau nduk siarni, nurbaiti atau nduk ipi, dan raji atau au salih). Dan kebetulan anggota atau personil dari tari asik Mahligai kaco sepasang suami istri. Kaum laki-laki sebagai pemain musik dan kaum perempuan sebagai penari.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi dan membuat irama dalam tarian asik mahligai kaco yakni berupa dap atau rebana (sejenis gendang yang terbuat dari kayu yang di kedua penampangnya sama besar), suling (seruling), gong (terbuat dari lempengan-lempengan logam) dan lain sebagainya. Salah satu dari pemain musik dan juga penari adalah Bahtiar (pemain musik) dan Siti Haris atau nduk siarni selaku penari serta tukang nyaro.
Nyaro dalam bahasa Kerinci diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan untuk memanggil roh-roh nenek moyang agar datang dan masuk kedalam tubuh si penari. Atau dengan kata lain Nyaro ini merupakan mantra yang berisikan pujian terhadap arwah leluhur atau mantra yang digunakan untuk memanggil arwah leluhur. Syair nyaro yang di lantunkan oleh siti haris atau nduk siarni dan bahtiar berbunyi sebagai berikut:
"Aaiiiiiiiiii....Aeh guru kanti sijalan, aeh tuan kanti sidirin, belum jatuh kusambutlah, maih aman maih kusambut, kusambut munjari aluh, kujawat dingan lidih mipih. Dapat ari simalam ini, kito nak asik mamintak, mintak lamat pangaruh abu, mintak lamat pangaruh umah"
Gerakan tari asik mahligai kaco tidak beraturan, hanya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Ketika irama musik seruling, rebana dan gong ditabuh, maka hentakan kakipun mengikuti dengan gerakan nurani, tanpa perintah, tanganpun melambai mengikuti gendang.
Kostum atau pakaian yang digunakan adalah pakaian adat daerah Kerinci yang berwarna hitam dengan hiasan sulaman benang berwarna kuning pada dada. Sedangkan untuk hiasan kepala menggunakan sungkun atau kuluk yang berwarna hitam dan dengan manik-manik serta bunga sebagai penghias atau (turai) yang biasa disebut oleh masyarakat Kerinci khususnya masyarakat Siulak Mukai.
Komponen dari turai diantara nya adalah bungo aut (semacam kayu pilihan yang diraut, sehingga tampak mengembang. Tidak semua orang kerinci bisa membuat nya dan tidak semua jenis kayu bisa dipakai untuk membuatnya), seruput, dan pabung yang terbuat dari empulur batang tumbuhan yang bersembunyi. Para penari juga menggunakan kain bawahan yang biasa disebut tehhap, kain yang digunakan adalah kain songket.
Tentunya kostum yang digunakan memiliki makna simbolis tersendiri bagi tokoh-tokoh dalam tarian asik mahligai kaco itu sendiri. Pertunjukkan tarian tari asik mahligai kaco jarang di tampilkan pada acara-acara yang biasa seperti acara resepsi pernikahan atau semacamnya karena sifat dari tarian ini sakral dan berbahaya.
Selepas dari tahun 2002 eksistensi dari tarian asik mahligai kaco berangsur pudar yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yaitu antara lain dikarenakan personilnya banyak yang sudah meninggal dunia dan tidak ada lagi penggantinya.
Penutup
Tari asik mahligai kaco ditemukan oleh Siti Haris atau nduk siarni. Tari ini merupakan tarian sakral (tari tradisional yang mengandung unsur mistik atau kesaktian) yang ditarikan oleh bukan sembarang orang, artinya tarian ini hanya bisa ditarikan oleh orang-orang tertentu saja yang telah mendapatkan wangsit atau pesan gaib dari roh nenek monyang nya.
Gerakan tarian asik mahligai kaco tidak beraturan, hanya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Semakin cepat tempo musik yang dimainkan oleh kaum laki-laki, maka semakin cepat pula lah gerakan tari yang dimainkan. Hal ini membuat penari makin tersugesti untuk masuk ke alam bawah sadar dengan demikian tarian asik mahligai kaco akan semakin sakral dan unsur mistiknya terlihat dengan jelas.
Tari ini sudah beberapa kali di undang ke beberapa tempat, bukan saja di dalam daerah tapi juga ke beberapa negara seperti Malaysia. Dan sayang nya, tarian ini tidak lagi diundang dan di tampilkan lagi karena personil atau anggota nya yang sudah tua dan ada beberapa yang telah meninggal dunia.
Â
DAFTAR PUSTAKA
Hafiful Hadi Sunliensyar. (2016). Ritual Asyeik Sebagai Akulturasi Antara Kebudayaan Islam Dengan Kebudayaan Pra-Islam Suku Kerinci. Siddhayatra Vol. 21 (2) November 2016: 107-128. http://repositori.kemdikbud.go.id/7182/1/Siddhayatra%20Vol%2021%20%282%29%20November%202016.pdf
Mahendra, Agustia (2020) Tari Niti Mahligai Kaco Masyarakat Siulak Kerinci Sebagai Sumber Belajar Sejarah. S1 thesis, Universitas Jambi. https://repository.unja.ac.id/12792/
Ayu Messi Yeri. Eva Brammanti Putra Pelestari Kesenian Kerinci Niti Naik Mahligai (2001-2014). Jurnal STKIP PGRI SUMBAR. http://jim.stkip-pgri-sumbar.ac.id/jurnal/view/xvBG
Eke Febrianti. (2013). Keberadaan Tari Asik Niti Naik Mahligai Di Desa Siulak Mukai Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci. Jurnal Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/viewFile/1465/1277
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI