Setelah meminta petunjuk, beliau membentangkan tikar pandan yang mana tikar pandan ini dianyam langsung oleh nduk siarni dari tanaman pandan dan beliau menyerakkan beling kaca, lalu beliau menari diatas beling kaca, berputar di atas sirigi atau bambu runcing dan menancapkan keris di bagian perut dengan kondisi tidak sadarkan diri. Orang-orang yang ada disekitar ketakutan dan bergegas untuk meninggalkan rumah beliau akibat dari melihat aksi atau tingkah nduk siarni.
Dalam rentangan tahun 2001-2002 yang ketika itu Kabupaten Kerinci dipimpin oleh Letkol Czi (Purn.) H. Fauzi Siin sebagai bupati dan Drs. H. Zulkifli Nurdin, M.B.A sebagai gubernur, tarian asik mahligai kaco diundang ke beberapa tempat diantaranya adalah Malaysia, Bali dan Jakarta. Â Pada saat Kabupaten Kerinci menyelenggarakan suatu acara dan di hadiri oleh beberapa pejabat yang berasal dari luar negeri, seperti Malaysia.
Kemudian, pejabat dari Malaysia tersebut sontak mendengar cerita bahwa di Kabupaten Kerinci ada seorang wanita paruh baya yang bisa menari di atas beling kaca tanpa luka atau tidak merasa kesakitan sedikit pun. Kemudian, beliau tertarik dan penasaran apakah benar cerita tersebut, sehingga beliau mengundang tarian asik mahligai kaco ini ke Malaysia. Selanjutnya, dalam selang waktu yang tidak lama tarian ini pun diundang lagi ke Bali dan Jakarta.
Hal tersebut tidak lepas dari campur tangan pemerintah yang membantu mensosialisasi dan mempromosikan tari asik mahligai kaco ke berbagai daerah maupun keluar negeri. Sajundai (wawancara, 19 Juni 2012) dalam Eke Pebrianti (2013), mengatakan bahwa salah satu campur tangan Pemerintah dalam membantu yaitu terlihat dari banyaknya bantuan Pemerintah melalui Dinas Pariwisata dari segi membudayakan, mensosialisasikan dan mempromosikan tari asik Mahligai kaco di dalam dan luar daerah Kerinci, baik ke luar propinsi maupun keluar negeri, yaitu pada even budaya nasional maupun internasional.
Terbukti tari asik Mahligai kaco pernah diundang oleh Pemerintah Kota Bali untuk tampil di Denpasar, bahkan kota lain seperti Bogor, Surabaya, Kalimantan, Sulawesi dan Jakarta, dan bahkan pernah tampil di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Selain itu juga, Dinas Pariwisata Kabupaten Kerinci membantu kelompok tari asik mahligai kaco untuk pembelian busana dan perlengkapan tari asik Mahligai kaco.
Tari asik mahligai kaco beranggotakan 6 orang, 3 dari kaum laki-laki (pak siarni, bahtiar atau pak ipi, dan suami au salih) dan 3 dari kaum perempuan (siti haris atau nduk siarni, nurbaiti atau nduk ipi, dan raji atau au salih). Dan kebetulan anggota atau personil dari tari asik Mahligai kaco sepasang suami istri. Kaum laki-laki sebagai pemain musik dan kaum perempuan sebagai penari.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi dan membuat irama dalam tarian asik mahligai kaco yakni berupa dap atau rebana (sejenis gendang yang terbuat dari kayu yang di kedua penampangnya sama besar), suling (seruling), gong (terbuat dari lempengan-lempengan logam) dan lain sebagainya. Salah satu dari pemain musik dan juga penari adalah Bahtiar (pemain musik) dan Siti Haris atau nduk siarni selaku penari serta tukang nyaro.
Nyaro dalam bahasa Kerinci diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan untuk memanggil roh-roh nenek moyang agar datang dan masuk kedalam tubuh si penari. Atau dengan kata lain Nyaro ini merupakan mantra yang berisikan pujian terhadap arwah leluhur atau mantra yang digunakan untuk memanggil arwah leluhur. Syair nyaro yang di lantunkan oleh siti haris atau nduk siarni dan bahtiar berbunyi sebagai berikut:
"Aaiiiiiiiiii....Aeh guru kanti sijalan, aeh tuan kanti sidirin, belum jatuh kusambutlah, maih aman maih kusambut, kusambut munjari aluh, kujawat dingan lidih mipih. Dapat ari simalam ini, kito nak asik mamintak, mintak lamat pangaruh abu, mintak lamat pangaruh umah"
Gerakan tari asik mahligai kaco tidak beraturan, hanya mengikuti irama musik yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Ketika irama musik seruling, rebana dan gong ditabuh, maka hentakan kakipun mengikuti dengan gerakan nurani, tanpa perintah, tanganpun melambai mengikuti gendang.
Kostum atau pakaian yang digunakan adalah pakaian adat daerah Kerinci yang berwarna hitam dengan hiasan sulaman benang berwarna kuning pada dada. Sedangkan untuk hiasan kepala menggunakan sungkun atau kuluk yang berwarna hitam dan dengan manik-manik serta bunga sebagai penghias atau (turai) yang biasa disebut oleh masyarakat Kerinci khususnya masyarakat Siulak Mukai.