Mohon tunggu...
Yones Budiono
Yones Budiono Mohon Tunggu... Lainnya - yones budiono

🔄 Listen || Observe || Share 🔄

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Komodo Bukanlah Komedi

27 September 2021   10:29 Diperbarui: 27 September 2021   10:33 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ilustrasi/dokumen pribadi

Tataran ini, situasi masuk dalam fase yang serba paradoksal. 

TNK dengan segala isinya memiliki potensi untuk maju secara agregat ekonomi karena bisnis pariwisata dan gagal sekaligus dari karena prinsip konservasi yang justru kemungkinan diabaikan.

Sejalan pengalaman pribadi penulis, saat masih duduk di semester IV yang dimana Dr. Widi Hardini (dosen pengampu matakuliah Studi Lingkungan Hidup) di Universitas Triatma Mulya Bali memberikan pertanyaan terbuka terkait tema pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). 

Pertanyaannya seperti ini; "Pembangunan yang berkelanjutan dalam konteks eko wisata, mana yang lebih ideal Eco Tourism by Name atau Eco Tourism in Action?"

Rupa-rupa jawaban dan aneka argumentasi dilontarkan oleh masing-masing mahasiswa yang ada di kelas daring tersebut. 

Tataran ini, secara sengaja tidak masuk pada usaha mencari benang merah dari topik yang angkat. Karena hemat jawaban atas pertanyaan terbuka Dr. Widi Hardini tersebut butuh refrensi khusus untuk didiskusikan lebih lanjut. 

Idealnya "eko wisata dari segi nama atau eko wisata pada ranah aksi?", sama-sama tidak jelas skenario mana yang terbukti lebih akurat. Kembali pada konteks TNK potensi suksesnya investasi atau kemungkinan gagalnya konservasi sama-sama membutuhkan jawaban yang lebih akurat.

Dipahami bahwa, apapun skema pembangunan di suatu wilayah pentingnya disaring kembali. Obyek dan subyek dari suatu pembangunan bukan sebagai penerima pasif. 

Karena bagaiamapun, tidak ada satu pun pembangunan yang mutlak dapat memenuhi ekspektasi masyarakat, ada hal-hal tertentu yang dipertimbangkan. 

TNK dengan segala persoalannya menjadi sesuatu yang menarik dikaji. Sebab kalau tidak demikian, meminjam refleksi Mbah Ben (Filsafat Pariwisata, 2018) pariwisata Indonesia masih dan terus didominasi positivistic, yaitu pembangunan yang mengutamakan ekonomis, kauntitatif. 

Lebih lanjut, industri pariwisata hanya dipahami sebagai sisi ekonomi dan komersial (Ben, 2018: 114).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun