Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Tetty Paruntu, Bukti Postur Kabinet Belum Selesai

21 Oktober 2019   17:12 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:30 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bupati Minahasa Selatan Tetty Paruntu. Foto: KOMPAS.com/Ihsanuddin

Kehadiran Bupati Minahasa Selatan, Christiany Eugenia Tetty Paruntu di Istana Negara membuka tabir jika postur Kabinet Kerja II belum rampung. Akankah tragedi Prof. Mahfud MD di Pilpres 2019 terulang?

Tetty Paruntu datang ke Istana dengan mengenakan baju putih lengan pajang, dipadu celana panjang warna hitam yang menjadi seragam khas Presiden Joko Widodo dan kabinetnya. Kedatangannya hanya berselang sekitar 15 menit dari Mahfud MD yang mengenakan pakaian serupa.

Jika Mahfud tegas menyebut dirinya  ditelepon Presiden Jokowi, Tetty menolak memberi keterangan ketika dicegat wartawan. Sempat cukup lama tanpa ada kabar,  tiba-tiba Deputi Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin memberitahukan jika Tetty Paruntu adalah calon menteri usulan Golkar dan tidak dipanggil oleh presiden.

Bey menegaskan, Tetty tidak bertemu Presiden karena "dicegat" Ketua Partai Golkar Airlangga Hartarto. Tetty Paruntu lantas pulang melalui pintu lain sehingga tidak diketahui wartawan.

Keterangan tersebut diberikan setelah sebelumnya Airlangga yang kedatangannya tidak diketahui, memberikan keterangan dengan menyebut dirinya baru diajak membahas persoalan ekonomi oleh Presiden.  

Apa yang makna tergambar dari peristiwa tersebut?  Pertama, kehadiran Tetty Paruntu membuktikan jika susunan kabinet Jokowi -- Ma'ruf belum selesai.

Padahal berulangkali Jokowi mengatakan susunan kabinetnya sudah final dan dirinya tengah memantau "bocoran". Artinya  meski sudah final namun Presiden menganggap hal itu masih rahasia.  

Kedua, meski merupakan hak prerogatif Presiden, tetapi para ketua partai juga memiliki andil dalam menentukan siapa yang boleh dan tidak boleh menjadi menteri. Ini sangat berbahaya karena, dalam kasus Tetty Paruntu,  mencederai hak Presiden.

Bukankah tidak mungkin Tetty Paruntu datang dan bisa masuk ke Istana jika tidak ada undangan? Jika disebut sebagai tamu untuk urusan berbeda, baju yang dikenakan sulit untuk membantah  kepentingan yang dibawanya.  

Ketiga, hal ini akan menjadi catatan buruk karena mengingatkan pada tragedi terdepaknya Mahfud MD dari kursi calon wakil presiden menjelang Pilpres 2019 lalu.

Saat itu Mahfud yang sudah diminta mengukur baju, justru batal ditetapkan sebagai calon wakil presiden karena "ulah" Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua umum PPP Romahurmuziy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun