Mengapa demikian? Salah satunya karena basis suara PBB sangat sempit yakni eks pengikut dan simpatisan Partai Masyumi yang pernah berjaya di masa orde lama namun kemudian dibubarkan oleh Presiden Soekarno. Sayangnya, saat ini suara Masyumi terpecah ke beberapa partai lain terutama PAN dan PKS.
Satu-satunya jalan untuk dapat melawati angka kutukan 3 persen, dan bila mungkin 4 persen, hanya dengan membuka diri terhadap suara kaum Islam nasionalis yang selama ini lebih banyak menyalurkan aspirasi politiknya melalui PDIP.Â
Penguatan suara Islam di tubuh PDIP yang ditandai dengan pembentukan Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) dapat menjadi sinyal positif bagi PBB untuk mencoba melakukan pendekatan.
Jika pun gagal mendapat cipratan suara, minimal PBB "aman" dari labelisasi pendukung khilafah yang menguat setelah Yusril menjadi pengacara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)- yang kini sudah dibubarkan pemerintah.
Akankah perjudian politik Yusril dengan menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf akan berbuah manis untuk PBB? Meski peluangnya sangat kecil, namun kita patut mengapresiasi ikhtiarnya.
Salam @ybÂ