Mohon tunggu...
Yon Bayu
Yon Bayu Mohon Tunggu... Penulis - memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

memaknai peristiwa dari sudut pandang berbeda | menolak kampanye kebencian atas nama agama

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mengusik Jokowi dan Prabowo melalui Perang Survei

4 Desember 2017   08:54 Diperbarui: 4 Desember 2017   11:59 7293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi mengunjungi Prabowo di kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Foto: kompas.com

Semua survei yang dirilis dalam beberapa bulan terakhir selalu menempatkan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di urutan 1 dan 2 dengan margin cukup lebar. Benarkah itu kondisi riil di lapangan atau penggiringan opini dengan tujuan terselubung?

Perang survei untuk mengukur elektabilitas bakal calon yang akan mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 semakin marak. Hasilnya pun nyaris sama di mana selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo berada di kisaran 10 -- 20 persen. Berdasarkan Survei Indo Barometer yang digelar sepanjang November, elektabilitas Jokowi mencapai 34,9%, sementara Prabowo "hanya" 12,1% disusul Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memiliki elektabilitas 3,6%.

Di bulan Oktober, Media Survei Nasional merilis elektabilitas Jokowi  36,2%, Prabowo 23,2% dan Anies 4,4%. Di antara Prabowo dan Anies muncul nama Susilo Bambang Yudhoyono dengan elektabilitas 8,4%. Masih di bulan yang sama PolMark Indonesia merilis hasil survei yang menempatkan Jokowi unggul jauh dengan elektabilitas 41,2% sementara Prabowo hanya mendapat 21 persen. 

Anies kembali diposisi ke empat setelah anak SBY yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dengan raihan 2,2%. Sedangkan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei yang menempatkan Jokowi di puncak dengan elektabiltas 38,9%, unggul jauh dari Prabowo yang hanya 12,0%. Anies masih duduk diposisi keempat setelah SBY dengan raihan 0,9%.

Demikian juga dengan survei yang digelar CSIS dan Litbang kompas memiliki hasil survei yang membuat kubu Prabowo "meradang" karena elektabilitas jagoannya hanya 25,8% dibanding Jokowi yang meraup 50,9% (CSIS) dan 18,2% berbanding 46,3% (Litbang Kompas).

Pendukung Prabowo baru bisa bernafas lega setelah Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) pimpinan Poempida Hidayatulloh merilis hasil survei yang menempatkan Jokowi dan Prabowo cukup seimbang. Menurut survei Orkestra di bulan November, elektabilitas Jokowi hanya 24,38% sedang Prabowo 21,8% dengan margin of error +- 3%. Ini artinya elektabilitas keduanya sangat ketat. Sementara posisi Anies melorot ke urutan kelima di bawah AHY dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

Poempida mengatakan hasil survei itu menjadi warning bagi Jokowi karena sangat mungkin elektabilitasnya diserobot Prabowo. Sebab selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo hanya 3%. "Dengan margin of error +- 3%, berarti (elektabilitaskeduanya) imbang. Ini warning bagi Jokowi," kata Poempida. Namun Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari punya pendapat berbeda. Menurut dia, berdasarkan hasil survei Indo Barometer, nama Jokowi meningkat secara perlahan sejak 2015 hingga 2017, sementara elektabilitas Prabowo selalu mengalami fluktuasi. Perbedaan pendapat keduanya tentu karena hasil survei mereka juga berbeda- jika tidak ingin dikatakan bertolak belakang.

Survei merupakan alat ukur yang efektif bagi calon kandidat maupun partai politik yang akan melakoni kontestasi demokrasi seperti Pemilu, Pilpres maupun Pilkada. Beberapa lembaga survei telah membuktikan hasilnya sangat presisi dengan kondisi yang sebenarnya. Namun tidak jarang juga hasilnya berbeda jauh dengan real count. Sebagai gambaran bisa dilihat dari hasil Pilkada Jakarta putaran pertama.

Grafis liputan6.com
Grafis liputan6.com
Pada tanggal 10 Februari atau 5 hari sebelum pencoblosan, LSI Denny JA sempat merilis hasil survei yang menempatkan pasangan Agus Yudhoyono-Sylviana Murni unggul dengan 30,8% sementara pasangan Basuki Tjahaja Purnama atau Djarot Saiful Hidayat mendapat 30,7% dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 29,9%. 

Hasil tersebut sudah terkoreksi jauh jika dibandingkan hasil survei sebulan sebelumnya di mana elektabilitas pasangan Agus-Sylvi mencapai 36,7%, Ahok-Djarot 32,6% dan Anies-Sandi sebesar 21,4%. Ternyata hasil survei tersebut berbeda jauh dengan hasil resmi penghitungan oleh KPU di mana pasangan Agus-Sylvi hanya mendapat 17,02%, Ahok -- Djarot 42,99%, dan Anies -Sandiaga 39,95%.

Lalu bagaimana menyikapi "perang" survei terkait elektabilitas Jokowi dan Prabowo? Ada beberapa indikasi survei tersebut dibangun untuk menggiring opini publik sehingga mempengaruhi preferensi politik calon pemilih. Salah satunya terkait margin. Selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo hingga 25% sulit untuk dipercaya jika melihat situasi politik kekinian. Penguatan isu-isu Islam yang menempatkan Jokowi di posisi berlawanan, mestinya memberi pengaruh signifikan terhadap elektabilitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun