Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Ted Lasso", Drama Sepak Bola yang Segar, Energik, dan Jenaka

3 Juli 2021   06:39 Diperbarui: 3 Juli 2021   17:42 1147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Collider.com
Sumber: Collider.com
Yang penulis sukai dari serial ini adalah bagaimana serial ini mampu menangkap berbagai fenomena nyata yang kerap terjadi di industri sepak bola modern, khususnya Inggris. 

Seperti diketahui, peran media dalam menyebarkan gosip dan berita pedas yang seringnya menyerang pribadi pelatih maupun atlet cukup digambarkan secara gamblang pada serial ini. Tak terkecuali dengan bagaimana skeptisme yang cenderung toxic juga sering menjadi "senjata" para awak media kepada pelatih yang berasal dari luar Inggris itu sendiri.

AFC Richmond memang sebuah klub rekaan yang tidak ada di liga profesional Inggris saat ini. Namun AFC Richmond nampak terinspirasi dari klub liga Inggris yang seringnya bertengger di papan tengah hingga papan bawah. 

Layaknya klub-klub papan bawah Liga Inggris yang seringnya menunjukkan performa angin-anginan di atas lapangan serta miss management yang berujung pada inkonsistensi prestasi, AFC Richmond pun digambarkan demikian.

Sumber: Snowsnob.com
Sumber: Snowsnob.com
AFC Richmond sangat dicintai oleh para fans lokalnya. Loyalitas mereka begitu luar biasa termasuk begitu mencintai para pemainnya. Mulai dari sang legenda yang mulai menua, Roy Kent (Brett Goldstain) hingga pemain berstatus bintang yang dipinjam dari klub besar Manchester City, Jamie Tartt (Phil Dunster).

Namun sayangnya, kecintaan fans tak dibayar dengan manis oleh sang pemilik klub. Ego dan kepentingan politik pemilik klub lah yang membuat AFC Richmond tak berprestasi walaupun selalu dapat dukungan loyal dari para fansnya. Sebuah gambaran nyata akan kondisi management klub sepak bola saat ini bukan?

Sumber: npr.com
Sumber: npr.com
Ted Lasso juga mengambil banyak referensi dunia sepak bola sebenarnya yang kemudian disuntikkan ke dalam klub imajiner bernama AFC Richmond. 

Mulai dari desain jerseynya yang mengingatkan kita akan klub Crystal Palace, kondisi training centre yang tak terkesan mewah khas klub papan bawah, hingga karakteristik salah satu pemainnya yaitu Roy Kent yang terinspirasi dari Roy Keane-nya Manchester United, yang walaupun kharismatik namun memiliki masalah dalam mengatur emosinya.

Layaknya film/serial bergenre drama olahraga lainnya, tentu saja Ted Lasso masih membawa tema umum yaitu perjuangan, pengorbanan, dan persahabatan. Namun Ted Lasso tidak pernah memberikan hasil layaknya kisah fairy tale yang penuh keajaiban. Kisah Ted Lasso begitu membumi, dengan progress yang dicapai Ted Lasso pun terasa masuk akal dan tak berlebihan.

Seperti Ted Lasso yang tak pernah menjanjikan timnya juara namun berjanji akan melakukan perubahan, kita pun sebagai penonton lantas diberikan bukti akan perubahan yang dimaksudkan Lasso. 

Dari sebuah tim yang kehilangan sosok pemimpin, terganggu oleh ulah pemain bintangnya yang arogan dan tak disiplin, hingga tak adanya kesatuan hati ketika bermain, AFC Richmond yang dilatih Lasso berhasil bertransformasi menjadi klub yang lebih baik dan disiplin. Dan perubahan nyatanya memang tidak selalu memberikan hasil yang instan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun