Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Art of Racing in The Rain", Memaknai Kehidupan Layaknya Arena Balap

7 Oktober 2020   18:26 Diperbarui: 8 Oktober 2020   01:06 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: 20th Century Fox via variety.com

Sementara Kevin Costner cukup sukses mengisi suara Enzo. Monolognya sangat lucu dan terasa pas pada setiap mimik dan tingkah konyol Enzo setiap harinya. Bahkan monolognya bisa menjadi semacam penghibur pada tiap adegan serius yang tak jarang berujung pada momen sedih.

Sumber: 20th Century Fox via azcentral.com
Sumber: 20th Century Fox via azcentral.com
Secara garis besar, penyutradaraan Simon Curtis (Goodbye Christopher Robin, Woman in Gold) tidaklah terasa spesial. Pun skrip yang ditulis Mark Bomback(Dawn of The Planet of The Apes, War of The Planet of The Apes) berdasarkan novel Garth Stein juga terkesan biasa-biasa saja.

Di mana bagi penonton yang menyukai penceritaan yang berorientasi pada detail bisa jadi akan kecewa. Hal tersebut dikarenakan film ini masih menyisakan banyak momen yang menggantung dan tak dijelaskan lebih lanjut serta transisi yang cukup cepat pada beberapa adegannya. Hal yang memang biasa ditemukan pada jenis film seperti ini.

Pun tak ada yang spesial dari sinematografi dan color grading yang dipilih pada film ini. Semuanya terasa biasa saja namun tak bisa juga disebut buruk.

Namun kesederhanaan itulah yang membuat film ini menarik untuk disimak. Sebuah film keluarga yang memang cenderung memiliki jalan cerita linear nan sederhana, sisi teknis yang juga sederhana, namun memiliki makna kehidupan yang begitu mengena di hati. 

Sumber: 20th Century Fox via rogersmovienation.com
Sumber: 20th Century Fox via rogersmovienation.com
Film berdurasi 1 jam 49 menit ini memang sangat ringan untuk dinikmati. Bahkan aura positif yang keluar dari film ini sangatlah dominan hingga konflik yang terjadi sangatlah minim.

Namun ketika kita merasa bahwa film ini berjalan datar-datar saja dengan segala momen kebahagiaan dan haru yang mewarnainya, kita justru akan dikejutkan oleh konflik besar yang cukup menyebalkan mendekati akhir film. Hal inilah yang lantas membuat The Art of Racing in The Rain terasa lengkap sebagai film keluarga. 

Karena momen kegagalan ada, keberhasilan juga ada, kesedihan ada, pun momen-momen sulit yang menuntut sang tokoh utama bangkit dan berjuang lebih keras lagi pun ada.

Sumber: 20th Century Fox via turnology.com
Sumber: 20th Century Fox via turnology.com
Karena layaknya sebuah momen balap mobil, tentu akan terasa membosankan jika calon juara tak mendapatkan perlawanan yang berarti. Melaju mulus tanpa adanya gangguan di pertengahan jalan, konflik dengan pebalap lain, ataupun momen-momen keluar jalur yang memaksa mereka berjuang lebih keras lagi untuk mengambil posisi mereka sebelumnya.

Dan The Art of Racing in The Rain nyatanya bisa mengakomodir segala yang kita harapkan pada sebuah film bertemakan kehidupan. Sebuah film yang tak hanya bercerita tentang hubungan anjing peliharaan dengan sang tuan, namun juga memberikan gambaran kehidupan yang realistis bagi setiap penontonnya.

Bahwasanya hidup layaknya sebuah arena balap. Selalu ada kejutan dan kesulitan yang menghadang. Namun intuisi dan fokus sang pebalaplah yang kelak akan menentukan di posisi mana ia berada saat menyentuh garis finish.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun