Mohon tunggu...
Yonathan Christanto
Yonathan Christanto Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Moviegoer | Best in Specific Interest Kompasiana Awards 2019

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Ratu Ilmu Hitam", Menikmati Teror Berdarah Tidak Pernah Semenyenangkan Ini

8 November 2019   06:53 Diperbarui: 8 November 2019   07:06 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratu Ilmu Hitam sendiri cukup solid dalam menghadirkan ragam teror brutal dan menyeramkan yang hadir dalam bentuk teluh dan santet. Kimo Stamboel yang memang piawai dalam menghadirkan adegan berdarah-darah, seakan mampu mentranslasikan kengerian demi kengerian tersebut ke dalam visual apik yang membuat kita bergidik ngeri, dan tentu saja membuat kita merasa mual.

Tribunnews.com
Tribunnews.com
Sembari menyelipkan berbagai isu sosial yang relevan semisal body shaming, trauma atas pelecehan seksual dan anak-anak yang 'kehilangan' sosok orang tua sebagai penggerak inti ceritanya. Bahkan trauma pahit yang disampaikan tersebut makin terasa kala dipadukan dengan ragam teror sebagai klimaks atas konflik tersebut.

Ratu Ilmu Hitam tidaklah mengumbar jumpscare layaknya film horor lainnya. Seperti Perempuan Tanah Jahanam, film ini memang memaksimalkan teror yang dibangun secara atmospheric untuk kemudian melengkapinya dengan efek gore yang membuat ngilu.

Kulit yang terkelupas, bibir yang 'terjahit' oleh stapler gun, hingga munculnya lubang-lubang mirip sarang lebah di belakang punggung, tentu menjadi sedikit contoh dari ragam teror berdarah yang dihadirkan dalam film ini. Dan semua hal tersebut tampil dalam balutan special effect bahkan CGI yang sangat memuaskan.

Ya, penggunaan CGI dalam film ini sejatinya cukup banyak namun benar-benar tampil sangat halus. Entah digunakan untuk menimbulkan efek santet ataupun memunculkan berbagai serangga yang mencoba masuk ke dalam tubuh korban, deretan CGI tersebut jelas mampu membuat kita percaya bahwa teror yang membuat kita ngilu tersebut benar-benar terjadi.

Scoring garapan Fajar Yuskemal dan Yudhi Arfani juga berhasil menambah nuansa ngeri dan tidak nyaman yang dihadirkan sedari awal. Bahkan di beberapa komposisinya, nuansa scoring pada film versi 1981-nya tetap dibawa sehingga makin memunculkan rasa ngeri yang maksimal.

Tribunnews.com
Tribunnews.com
Pacing film ini pun sejatinya cukup rapi. Kita tak serta merta dihadapkan pada teror, melainkan terlebih dulu diizinkan untuk mengenal masing-masing tokohnya dengan porsi penceritaan dan bonding time yang cukup pas. Joko Anwar berhasil membuat fase ini layaknya 'baris antrian' dengan pemandangan menarik sebelum kemudian mengizinkan kita untuk masuk ke dalam wahana teror yang sebenarnya.

Siapa mereka, untuk apa mereka datang ke tempat tersebut dan misteri apa yang disembunyikan disana, menjadi pertanyaan-pertanyaan yang diletakkan cukup rapi sebagai pondasi atas jawaban yang kelak akan muncul di babak-babak selanjutnya. Di mana pada 45 menit akhir film menjadi menit-menit teror tanpa henti yang menyesakkan dada.

Liputan6.com
Liputan6.com
Pujian patut disematkan pada ensemble cast yang luar biasa dihadirkan pada film ini. Setiap aktor memiliki peran penting entah sebagai 'jagoan' ataupun sosok korban yang memang diperlukan dalam sebuah film horor.

Kebodohan-kebodohan khas film horor tetap ada dan memang harus ada. Hanya saja, disini semuanya tampil secara natural sehingga membuat kita percaya bahwa mereka benar-benar mengalami teror semalam suntuk.

Memang tidak semuanya memiliki peran dan runtime yang dominan. Namun mereka nampak berhasil menutupi kekurangan satu sama lain sehingga mampu memberikan penampilan yang kokoh layaknya sebuah tim olah raga yang solid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun