Mohon tunggu...
Yokran Mellu
Yokran Mellu Mohon Tunggu... Guru

Aku lebih takut dengan seseorang yang memegang pena (penulis) dari pada prajurit yang bersenjatakan lengkap". -

Selanjutnya

Tutup

Diary

Antara Genggaman dan Ombak: Ketika Kepemilikan Bukan Soal Memaksa

22 September 2025   01:00 Diperbarui: 21 September 2025   20:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret (sumber :Facebook) 

Di tepi pantai, kita sering menjumpai pemandangan sederhana namun penuh makna: segenggam pasir yang kita ambil perlahan-lahan merembes keluar dari sela-sela jari, meski sudah kita genggam sekuat tenaga. Ombak datang, membawa sebagian butir pasir itu pergi, lalu meninggalkan sebagian lain kembali di telapak tangan. Dari fenomena sederhana ini, kita belajar bahwa ada hal-hal dalam hidup yang tidak bisa ditentukan hanya dengan genggaman erat atau kekuatan memaksa.

Kepemilikan sejati bukan tentang siapa yang paling keras menahan, melainkan tentang apa yang memang sudah ditentukan untuk kita.

Ilusi Menggenggam

Manusia seringkali merasa harus menggenggam erat semua yang berharga baginya—cinta, sahabat, pekerjaan, bahkan mimpi. Seolah-olah dengan berusaha sekuat tenaga, kita bisa memastikan semua itu tidak pergi. Padahal, semakin erat kita menggenggam, semakin besar pula kemungkinan sesuatu itu justru lolos dari genggaman, seperti pasir yang terhimpit keluar melalui celah jari.

Hidup bukanlah sekadar soal siapa yang paling kuat menahan. Ada hukum alam, ada ketetapan takdir, dan ada alur kehidupan yang kadang di luar kendali manusia.

Ombak yang Menguji

Ombak di laut dapat kita ibaratkan sebagai ujian hidup. Ia datang silih berganti, terkadang membawa pergi apa yang kita anggap milik kita, dan kadang justru menghadirkan sesuatu yang baru. Ombak tidak bisa kita hentikan, sama seperti hidup yang terus berjalan.

Ketika ombak menghantam genggaman kita, sebagian pasir hilang. Namun seringkali, butiran yang tersisa itulah yang memang ditentukan untuk tetap tinggal bersama kita.

Kepemilikan yang Tak Bisa Direbut

Ada sebuah kenyataan yang perlu kita renungkan: apa pun yang benar-benar milik kita, tidak akan pernah bisa direbut, tidak peduli seberapa jauh ia pergi. Jika memang ditakdirkan, ia akan menemukan jalan untuk kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun