Mohon tunggu...
Yoga Mahardhika
Yoga Mahardhika Mohon Tunggu... Konsultan - Akademisi, Budayawan & Pengamat Sosial

Pembelajar yang ingin terus memperbarui wawasan, mempertajam gagasan, memperkaya pengalaman dan memperbesar manfaat untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menengok Penanganan Covid-19 di Berbagai Negara

19 Maret 2020   19:17 Diperbarui: 19 Maret 2020   19:20 2217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: imagerion.com

Sebagai mitra dagang penting sekaligus tetangga dekat China, Korsel cukup rawan terpapar virus Covid-19 dari Wuhan. Kasus pertama Korsel teridentifikasi pada 20 Januari, dan langsung diikuti contact tracing secara menyeluruh. Meskipun begitu, contact tracing belum efektif menekan sebaran corona.

Pada 18 Februari, Korsel mencatat 31 kasus infeksi corona. Anehnya, pasien ke-31, seorang perempuan usia 61 tahun, terpapar Covid-19 tanpa riwayat perjalan ke pusat pademi maupun riwayat kontak dengan pasien Covid-19 sebelumnya. Ini menandai fase community spread atau penyebaran virus di dalam komunitas, tanpa kontak dekat dengan orang yang lebih dulu terpapar virus. 

Apesnya, pasien 31 ini sudah menjalani berbagai aktivitas dalam hari-hari terakhir, mulai naik bus umum, bekerja, menengok orang sakit, makan di resto hingga 4 kali ibadah di gereja yang memiliki ratusan ribu jemaat.Kluster pasien 31 inilah yang diduga mengatrol kasus Covid-19 di Korsel, hingga menempati peringkat 3 kasus Covid-19 tertinggi pada periode akhir Februari.

Meskipun begitu, Korsel tak ikut strategi penutupan wilayah sepeti China, walau luas Korsel sendiri relatif kecil, hanya sepertiga wilayah Italia. Yang ditempuh Korsel, yaitu melakukan pengujian spesimen virus secara masif. 

Dalam sehari, sekitar 20 ribu sampel dikumpulkan melalui "drive-thru testing center." Di tempat ini, warga Korsel diambil cairan hidung dan tenggorokannya, tanpa harus turun dari kendaraan. Jika hasil tes positif pasien akan ditelpon, dan jika negatif warga akan diberitahu lewat pesan pendek.

Pasien positif Covid-19 dipilah menjadi dua, yaitu infeksi ringan dan infeksi berat. Pasien ringan cukup dikarantina rumah, sementara pasien berat dikarantina di rumah sakit. 

Dengan model ini, Korsel sampai hari ini efektif memerangi virus. Jumlah kasus hari ini (19/03) memang mencapai 8.565, tapi angka itu jauh di bawah Italia, Iran, Spanyol, Jerman, Amerika dan Prancis yang sebulan lalu jumlah kasusnya masih jauh di bawah Korsel. 

Selain itu, pemilahan tingkat infeksi juga efekfif menyelamatkan pasien infeksi berat. Hal itu terlihat dari angka kematian sebesar 91 kasus atau setara 1,06 persen, jauh lebih rendah dari China (4%) dan Italia (8.3%).

4. Evaluasi Kebijakan Inggris

Hingga pekan lalu, Inggris banyak disindir sebagai negara yang tak melakukan apapun untuk memerangi Covid-19. Pendapat itu tak sepenuhnya benar, karena saat itu memang Inggris menerapkan strategi mitigasi virus. 

Strategi mitigasi berupaya mengulur ledakan kasus Covid-19, sehingga rumah sakit di Inggris tidak kebanjiran pasien. Ini berbeda dengan strategi suppresi, di mana pencegahan dilakukan seiring langkah besar-besaran untuk mengejar keberadaan virus dan melakukan karantina terhadap pasien terinfeksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun