Mohon tunggu...
Yohanes Marino
Yohanes Marino Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Wordsmith, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Guru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Abu-abu Milik Agus

15 Juli 2016   14:06 Diperbarui: 15 Juli 2016   14:12 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ah, sudahlah, aku sudah bosan dengan yang namanya asmara yang membara. Aku ini hanya seorang manusia yang hidup diantara belantara beton-beton yang semakin membuat bumi ini semakin panas dan panas. Oh ya, namaku Agus. Seperti nama orang Indonesia pada umumnya. Aku orang rata-rata yang punya kehidupan yang rata-rata pula. Kata orang, orang yang berada dalam kondisi rata-rata adalah orang yang paling menyedihkan di dunia. Karena katanya di dunia ini yang abu-abulah yang tidak laku. Semua orang cenderung memilih hitam atau putih. Tidak ada yang abu-abu. Abu-abu adalah lambang yang sangat tabu, menandakan keragu-raguan.

Oh ya, masalah keragu-raguan. Karena namaku seperti orang indonesia pada umumnya, terkadang aku juga mengalami krisis identitas. Semua orang ingin jadi normal. Sedang aku ingin menjadi spesial dan memiliki ciri khas. Dan masalah cinta juga sama. Aku terjebak pada masalah orang Indonesia pada umumnya. Galau. Galau. Galau dan galau setiap hari. Masuk kamar, menitikkan air mata karena tak ada tempat untuk mengadu kecuali bantal dan guling dan pada akhirnya hanya bisa teriak asu! asu! dan asu! Apalagi setelah mengetahui bahwa yang abu-abu tak pernah dipilih orang. Sama halnya dengan yang normal dan tidak punya ciri khas tidak pernah dipilih orang. Wanita lebih cenderung memilih pria yang bajingan dan akhirnya menjadi santri daripada pria normal dengan kehidupan yang begitu begitu saja. Dan pada akhirnya pria normal dengan kehidupan abu-abu itu pula yang menjadi bajingan seumur hidupnya. Menjalani kehidupan yang membosankan, itu-itu saja dan mati dalam rutinitas serta keabu-abuan. Berapa pria yang mati di tangan seorang perempuan yang galau karena bingung apakah pria dengan karakter abu-abu ini adalah jodohnya. Ya sudah. 

Sekali lagi aku tekankan. Abu-abu itu tidak disukai oleh orang banyak. Semua orang akan memilih pria yang bisa memimpin, keren, dan berwibawa. Mana ada wanita yang suka dengan kehidupan pria yang begitu-begitu saja. Masuk setengah tujuh pagi dan pulang setengah empat sore. Lalu di rumah, hanya memejamkan mata seharian karena energinya habis dimakan rutinitas. Kembali dikumandangkan sebuah kata nan mempesona bernama ASU! 

Tapi anehnya seragam murid-murid sekolah menengah kita menggunakan warna abu-abu. Padahal mereka adalah cikal bakal harapan bangsa. Lalu apakah negara kita ini menyerahkan harapan kita kepada abu-abu yang sudah kita tabukan? ataukah itu adalah suatu pertanda jika kita sendiri sering meragukan generasi masa depan dengan memberikan mereka label abu-abu. Atau mereka memang masih abu-abu? Nah, silakan anda pikir, analisa sendiri jawabannya. Saya hanya seorang pegawai kantoran yang sedang sensi dengan warna abu-abu dikarenakan kehidupanku sendiri yang sangat-sangat monoton dan sesuai jadwal. Masuk kerja pukul setengah tujuh pagi dan pulang setengah empat sore. Dan tak pernah terpikirkan sedikitpun untuk memilih hitam atau putih. 

Bukannya aku tidak mencintai siapapun. Masalah kehidupan asmara, ternyata aku tidak abu-abu. Dimulai dengan mencintai tetangga sendiri yang sudah memiliki suami, terlibat skandal sana-sini hingga mencintai orang yang sungguh amat sangat berbeda. Kata orang sih yin dan yang itu baik, tetapi ternyata tidak semua orang sanggup menjalani prinsip kehidupan yin dan yang. Kebanyakan dari mereka hanya memilih salah satu dari yin dan yang. sedang aku lebih memilih atau karena kecintaanku terhadap abu-abu. 

Lihatlah negeri kita pemirsa yang budiman. Kita ini munafik. Mengaku hitam namun abu-abu. Mengaku putih namun abu-abu. Sedang saya dari awal sudah mendeklarasikan diri sebagai pecinta abu-abu seumur hayat. Hah. Aku rasa sudah cukup sampai disini cerita abu-abuku. Salam. Saya Agus, nama orang Indonesia pada umumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun